Sabtu, 04 Juli 2015
Kalah menang itu hal wajar dalam setiap pertandingan. Ini adalah kalimat yang seringkali kita dengarkan. Itu memang benar sekali. Kalau tidak menang, ya, kalah. Makanya sebelum nekat ikut suatu pertandingan, hal yang mesti dipersiapkan ialah mental. Apakah siap untuk kalah? Bagaimana saat menang? Semua itu harus siap.
Bagi penulis pemula (baca: termasuk saya), mengikuti berbagai event itu memang salah satu penunjang agar mendapat banyak ilmu, sekaligus pengalaman. Sayangnya, saat memilih event, kita terlalu fokus dengan lombanya hingga tidak sadar apakah karya kita sudah baik atau tidak. Bahkan, mungkin banyak di antara kita (baca: sekali lagi termasuk saya) lolos dari berbagai event dan bahkan sertifikat bertebaran di mana-mana. Tapi, tulisan kita sendiri masih begitu saja, tidak ada peningkatan karena sudah menganggap keren setelah lolos dan dapat sertifikat.
Kita mesti tahu, kemenangan bisa menjadi awal kehancuran, jika terlalu bangga akan kemenangan itu. Banyak orang setelah menang, mereka akan menganggap dirinya sebagai juara, orang hebat, dan sudah tidak diragukan lagi. Padahal, setiap pemenang adalah pembelajar. Walaupun menang, tapi belajar pun harus tetap jalan.
Begitupun saat kalah, kekalahan bisa menjadi awal kehebatan, jika mampu belajar dari kekalahan itu. Saat kalah, banyak orang malah lari dari kekalahan mereka, putus asa, menyerah, bahkan yang lebih fatal, gantung diri. Padahal seseorang dapat menjadi benar setelah salah.
Saya sering ikut event kepenulisan baik indie maupun mayor. Tiap kali ikut indie, tulisan saya selalu lolos dan dapat e-sertifikat. Saya bangga dan senang sekali. Tapi, setelah melihat tulisan saya, sepertinya kurang peningkatan dan masih stay di posisi yang sama. Makanya saya perlahan meninggal zona nyaman saya dan mulai ikut mayor atau event dengan seleksi ketat, tulisan saya malah lebih sering TIDAK lolos. Awalnya, saya kecewa. Apa yang salah?
Dari ketidaklolosan tersebut, akhirnya saya sadar bahwa tulisan saya memang butuh peningkatan. Saya tidak mengalah apalagi menyerah. Saya belajar dari tulisan saya sendiri, tulisan orang lain, juga tulisan yang sudah banyak dimuat. Saya terus berusaha untuk ikut berbagai event. Akhirnya, perlahan tulisan saya mulai berubah, dengan seleksi yang ketat dan dengan pesaing yang banyak, cerita duet yang saya usung malah lolos dan diterbitkan penyerbit mayor. Meskipun begitu, saya sadar sekali lagi pemenang adalah pembelajar. Kemenangan adalah saat belajar, begitupun saat kalah, motivasi diri seharusnya malah lebih besar.
Intinya, saat kita selalu menang dan lolos suatu event, apa yang bisa diperbaiki jika kesalahan sendiri tidak mampu kita dapatkan. Namun, ketika kita telah kalah atau gagal suatu event, maka kita akan berusaha mencari alasan "Kenapa kalah atau gagal?", nah dari hal itu kita akan mulai belajar dan memperbaiki diri.
Satu hal yang perlu diingat sebelum mengakhiri tulisan ini,
Tidak ada orang hebat yang banjir pujian, mereka lebih banyak dapat kritikan daripada orang biasa.
Related Story for Motivasi
0 Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)