Senin, 17 Februari 2014
Alhamdulillah...
Sekali lagi, sebuah cerpen duet bersama Dia Garaa Andromeda (nama pena mbak Widi Astuti) berhasil lolos dalam event duet yang diadakan oleh AE Publishing dalam sebuah antologi "Antara Kita dan Hujan".
Sebuah cerpen yang kami angkat berjudul "Porselen Hujan" ini bercerita tentang makna hujan itu sebenarnya bukanlah sebuah bentuk kesedihan tapi sebuah anugerah yang indah yang diciptakan oleh Yang Maha Pencipta. Hal yang hebat lagi adalah cerpen kami menjadi sinopsis buku ini dan nama jadi penulis di cover. Kereeeenn! :D
Penasaran dengan cerpen kami? Ayo segera pesan dan dapatkan juga beberapa cerpen tentang hujan lainnya di antologi ini.
HARI INI AKAN DIBUKA PO UNTUK BUKU "ANTARA KITA DAN HUJAN" EVENT DUET.
PO mulai malam ini sampai 28 Februari.
Judul : Antara Kita dan Hujan
Pengarang : Justang, Dia Gaara Andromeda, dan ECA Lovers
Ukuran : 14 x 20 cm
Tebal : vi + 124 hlm
Harga : 33.000
Po : 29.700
Kontributor : 27.000
Ketik: HUJAN# NAMA LENGKAP # ALAMAT LENGKAP # JUMLAH # NO TELP
Kirim ke : 082333535560/08991021140
Untuk kontributor, tambahkan #JUDUL KARYA
Nanti Anda akan mendapatkan SMS No.Rek dan jumlah yang harus dibayarkan.
SINOPSIS :
Ketika sampai, hujan masih menderas dengan ganas, belum mau berhenti. Dengan tergesa, aku tergopoh-gopoh memasuki pintu café. Café dengan ciri yang diceritakan Sarah. Namun, tak ada sesiapa di dalam. Suasana café juga begitu senyap dan renggang oleh pengunjung. Satu patung porselen dipasang di depan toko dengan anggun oleh seorang pelayan. Aku sejenak menghentikan langkah, entahlah, gelagat yang dilakukannya sungguh buatku tertarik.
Aku mendekati seraya memperhatikan patung porselen yang ditaruhnya itu. Ya, patung-patung porselen itulah yang sepertinya menjadi daya tarik café ini di mata pengunjung. Patung-patung yang kesemuanya adalah wajah seorang wanita yang sedang dihujani air mata. Wajah yang sendu, namun enak dipandang.
“Patung baru, Mbak?”
Sang pelayan mengangguk. “Baru saja diterima hari ini. Cantik, ya? Wajahnya seperti asli, namun menyimpan sejuta keresahan,” jawabnya sembari mengelap-elap patung itu dengan hati-hati.
“Boleh tidak aku beli patung itu? Entah mengapa aku suka saja,” aku berpikir hendak membelikannya untuk Sarah.
Pelayan itu tiba-tiba menggusar. Dengan sinis, ia akhirnya menjawab, “Semua patung porselen di sini tidak dijual. Patung-patung ini adalah jelmaan sang hujan yang meminta takdirnya. Takdir agar tidak menangis di bawah hujan lagi. Takdir yang seyogyanya dikoyak, karena hujan seharusnya bentuk anugerah. Bukan sesuatu yang menimbulkan kesedihan,”
Yang mau pesan sekaligus nyumbang 1000-2000 rupiah juga boleh.
Setiap pembelian 1 buku ini, maka Anda ikut menyumbang 1 masker untuk para korban Letusan Gunung Kelud.
Terima kasih.
Sekali lagi, sebuah cerpen duet bersama Dia Garaa Andromeda (nama pena mbak Widi Astuti) berhasil lolos dalam event duet yang diadakan oleh AE Publishing dalam sebuah antologi "Antara Kita dan Hujan".
Sebuah cerpen yang kami angkat berjudul "Porselen Hujan" ini bercerita tentang makna hujan itu sebenarnya bukanlah sebuah bentuk kesedihan tapi sebuah anugerah yang indah yang diciptakan oleh Yang Maha Pencipta. Hal yang hebat lagi adalah cerpen kami menjadi sinopsis buku ini dan nama jadi penulis di cover. Kereeeenn! :D
Penasaran dengan cerpen kami? Ayo segera pesan dan dapatkan juga beberapa cerpen tentang hujan lainnya di antologi ini.
HARI INI AKAN DIBUKA PO UNTUK BUKU "ANTARA KITA DAN HUJAN" EVENT DUET.
PO mulai malam ini sampai 28 Februari.
Judul : Antara Kita dan Hujan
Pengarang : Justang, Dia Gaara Andromeda, dan ECA Lovers
Ukuran : 14 x 20 cm
Tebal : vi + 124 hlm
Harga : 33.000
Po : 29.700
Kontributor : 27.000
Ketik: HUJAN# NAMA LENGKAP # ALAMAT LENGKAP # JUMLAH # NO TELP
Kirim ke : 082333535560/08991021140
Untuk kontributor, tambahkan #JUDUL KARYA
Nanti Anda akan mendapatkan SMS No.Rek dan jumlah yang harus dibayarkan.
SINOPSIS :
Ketika sampai, hujan masih menderas dengan ganas, belum mau berhenti. Dengan tergesa, aku tergopoh-gopoh memasuki pintu café. Café dengan ciri yang diceritakan Sarah. Namun, tak ada sesiapa di dalam. Suasana café juga begitu senyap dan renggang oleh pengunjung. Satu patung porselen dipasang di depan toko dengan anggun oleh seorang pelayan. Aku sejenak menghentikan langkah, entahlah, gelagat yang dilakukannya sungguh buatku tertarik.
Aku mendekati seraya memperhatikan patung porselen yang ditaruhnya itu. Ya, patung-patung porselen itulah yang sepertinya menjadi daya tarik café ini di mata pengunjung. Patung-patung yang kesemuanya adalah wajah seorang wanita yang sedang dihujani air mata. Wajah yang sendu, namun enak dipandang.
“Patung baru, Mbak?”
Sang pelayan mengangguk. “Baru saja diterima hari ini. Cantik, ya? Wajahnya seperti asli, namun menyimpan sejuta keresahan,” jawabnya sembari mengelap-elap patung itu dengan hati-hati.
“Boleh tidak aku beli patung itu? Entah mengapa aku suka saja,” aku berpikir hendak membelikannya untuk Sarah.
Pelayan itu tiba-tiba menggusar. Dengan sinis, ia akhirnya menjawab, “Semua patung porselen di sini tidak dijual. Patung-patung ini adalah jelmaan sang hujan yang meminta takdirnya. Takdir agar tidak menangis di bawah hujan lagi. Takdir yang seyogyanya dikoyak, karena hujan seharusnya bentuk anugerah. Bukan sesuatu yang menimbulkan kesedihan,”
Yang mau pesan sekaligus nyumbang 1000-2000 rupiah juga boleh.
Setiap pembelian 1 buku ini, maka Anda ikut menyumbang 1 masker untuk para korban Letusan Gunung Kelud.
Terima kasih.
Related Story for Antologi Cerpen
0 Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)