Selasa, 10 September 2013

Cerpen Dewasa - Peluk Bibirku

Siang hari ini begitu terik. Matahari seakan berada sejengkal di atas kepalaku. Pancaran sinar tajam menusuk kulit yang hanya terlapis kaus tipis tanpa lengan berwarna putih berbalut sweter hitam dan jeans pendek sepaha. Rambutku yang terurai panjang berkobar merah menyala diterpa sorot matahari.

Meski terasa seperti terbakar, tapi tekadku untuk bertemu sang kekasih yang sedang dirawat di rumah sakit lebih kuat dari terpaan sinar-sinar itu. Aku bergerak ke sana dengan motor matic warna putih pemberian darinya. Kubawakan sekeranjang buah-buahan yang semoga membuatnya bangkit dan semangat lagi untuk menggenggam kesembuhan.

Beberapa menit berkendaraan, akhirnya muka rumah sakit terpancar di mataku. Segera kuparkir motorku dan berjalan masuk ke lingkungan rumah sakit. Terus menelusuri lorong-lorong rumah sakit dan mencari kamar rawat kekasihku. Tak lama kemudian, tibalah aku di depan kamar rawatnya. Kubuka pintunya dan seketika itu kulihat dia berusaha bangkit sehabis bebaring di ranjang. Aku pun menghampirinya dan membantunya bangkit. Sementara keranjang buah keletakkan di meja samping ranjang.

“Ada apa sayang? Kenapa kamu ingin bangkit? Tidurlah! Istirahatlah!” tanyaku cemas.
“Sayang! Kamu semakin cantik memesona. Melihat sinaran matamu dan pancaran senyumanmu membuat semua luka yang mengerumuni tubuhku hilang seketika. Jangan tinggalkan aku permaisuriku.”

Saat itu juga, dia lansung menarik tubuhku dan memelukku. Aku berusaha menolak pelukannya karena aku takut akan membuat luka di tubuhnya semakin parah. Tapi, dia semakin mendekapku erat. “Lepaskan aku! Ini bisa menyakitimu.” Aku terus menolak tapi dia malah lebih erat lagi dan aku makin sulit melepaskan itu semua. 

“Peluk aku! Peluk aku!” rintihnya memaksa.
“Aku tidak bisa,” kusentakkan pelukan itu dan tak sengaja mendorongnya hingga ia tersungkur ke lantai dan seketika itu dia lansung menjerit kesakitan. Melihat dia demikian, refleks segera kutolong dan membangkitkannya. “Maafkan aku, sayang!” ucapku penuh sesal.

Tiba-tiba ia menarikku lagi, memelukku dan kali ini aku hanya pasrah menerima pelukannya. Tak terkira, dia lanjut membuka sweter yang masih kukenakan. Menghempaskan rambutku dan berusaha mengulum kulit leherku. Perlahan, bibirnya disekatkan pada bibirku. Jantungku berdebar kencang. Seperti biasa, ciuman ini bertahan lama meski bibirku telah kaku. Jemarinya yang gemulai telah menjamah ke seluruh permukaan kulitku. Meski bibirku mulai lelah, tapi dia tak juga menyudahinya. Lamban dan semakin cepat, dia berhasil menyuluti pakaianku. Pikirku bahwa ia seakan hasut dalam gairah yang membahana dan melupakan semua luka yang menjulur di tubuhnya. Ia bahkan tak pernah merasakan sakit itu.  Tempo semakin lambat, ia terus menyentuhku dan memberikan kenikmatan hidup itu setelah yakin telah membuatku tak berpakaian. Meremas segala kehormatan yang ada.


Hampir satu jam lamanya dia membalut aku dengan penuh gairah cinta, bibirnya yang terus meransang bibirku. Jari jemarinya yang meraba ke semua permukaan kulit. Akhirnya dia melepaskan aku setelah sadar beberapa menit lagi perawat segera datang memberikan perawatannya. Segera kukenakan semua pakaianku dan pergi meninggalkannya. “Maaf, aku harus pulang, sayang,” mohonku untuk pergi dan ia mengangguk setuju.

Aku berlari gesit meninggalkan rumah sakit. Keluar dan segera mengendarai motor pergi dari tempat itu. Beberapa minggu setelah kejadian itu dan ketika dia telah keluar dari rumah sakit, kurasakan mual-mual sepanjang hari. Orang tuaku menyarankan untuk periksa ke dokter. Setelah melakukan pemeriksaan, aku terkejut cemas menyadari bahwa ternyata aku hamil. Hamil? Siapa yang menghamiliku?

Kuhubungi dia, kekasihku, memberitahukan bahwa aku hamil. Kutelepon beberapa kali, tapi tak diangkat juga. Kukirim pesan singkat, pun tak dibalas. Kemana dia? Aku semakin takut dan setelah kuketahui tentang kehamilanku, aku tak juga memberitahukan orang tuaku. Aku takut dan apa yang akan mereka katakan jika aku hamil di luar nikah. Ini sungguh bejat dan telah mempermalukan nama keluarga.

Keesokan harinya, ketika sang fajar baru saja muncul. Kulihat ada pesan singkat yang masuk di telepon genggamku. Kubaca dan itu datang darinya, kekasihku. Dia berkata bahwa ia ingin menemuiku siang ini. Saat siang harinya, segera ‘ku berangkat ke tempat yang ia maksud dan kutemui dia tepat berada di jembatan taman.

“Sayang, aku hamil,” ungkapku sembari air mata mengalir perlahan.
Ia lalu memelukku dan mengusap rambutku lemah lembut. “Tak apa, sayang! Aku ingin kok tanggung jawab. Kamu tak perlu cemas dengan semua ini, kita akan jalani bersama. Tapi, maaf soal kemarin karena aku tidak angkat teleponmu karena sedang sibuk proyek kantor. Jangan nangis,” ucapnya lembut lalu menghapus air mataku.

Aku sangat bahagia mendengar pernyataannya kalau dia ingin tanggung jawab. Begitu senangnya diriku, seketika itu kudekatkan wajahku ke wajahnya. Kulekatkan bibiku ke bibirnya. Kami kembali mengulang masa-masa bergairah bersama.

Akhirnya setelah hari itu, kami pun menikah. Perasaanku terus diceluti kebahagiaan. Dan sembilan bulan kehamilanku. Setelah perutku semakin membesar dan aku siap untuk melahirkan. Hampir setengah jam dan putriku pun lahir dengan selamat. Kami memberinya nama: Birdy Aungelina. Kukabarkan pada dunia melalui genggam teleponku bahwa anakku, Birdy Aungelina, telah lahir. Mantan kekasihku yang sekarang menjadi suami teramat bahagia mendengar kabar kelahiran putri kami.

Segera ia masuk ke kamar persalinan dan menggendong putri kami. Dia mencium bibirnya hangat dan aku balik mencium pipi suami. Kami sangat bahagia.


Related Story for Cerpen ,Sastra Wangi

Comments
8 Comments

8 komentar:

  1. bagus kak *jempol* .
    Coba kak sekali" post yang tentang anak SMA :D kalo bisa adegan" yang begituan jangan terlalu sering soalnya bikin cepet bosan :D
    ditunggu ya kak . Cerpen selanjutnya :D


    cahyooo kak :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. wiuhh! terima kasih atas apreasinya... Cerita anak SMA? wahh, emang sudah sering lupa buat cerita tentang anak SMA, semenjak kuliah. Jadi, cerita anak kampus terus, deh.. heheh. Tapi, tunggu aja :D Eh, jangan lupa follow this blog (my friends), ya :D biar bisa ikutin cerpen yang lain

      Hapus
    2. Bagus cerpennya ...
      I like it .

      Hapus
  2. oh wkwk pantesan :D
    sip sip kak ditunggu ya cerpen selanjutnya qiqiqi :D

    BalasHapus
  3. curiga pengalaman pribadi nih cerpennya,, hehehe (maaf kidding),, tapi bagus ceritanya,, itu menunjukan sebuah tanggung jawab seorang pria yg berfikir dewasa. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehee, aduh, aku ngga pernah buat cerita yang sesuai dengan pengalaman pribadi. Kalau pun ada, jarang banget! But, thanks yah udah hadir :D

      Hapus
  4. wow keren deh,,,
    emm mampir balik ya kak, ditunggu di www.silabuu.blogspot.com

    BalasHapus

Terima Kasih telah menyempatkan diri untuk membaca artikel di atas. Sekarang waktunya untuk memberikan komentar, saran, kritik atau masukan demi karya yang lebih baik lagi. Buat kalian yang tidak memiliki akun google, bisa diganti dengan NAME/URL