Rabu, 09 Oktober 2013

KPK Jadi Hantu - Part 5 (Kisah Komedi Horor)

Kata-kata cinta yang dulu telah terucap dari bibir kini terbungkus debu, usang dan tak pantas jadi kenangan. Saat berpaling dan selingkuh jadi wicara, cinta tak kan pernah abadi, kecuali cinta dari-Nya. Dari Tuhan yang maha menyayangi.

Saat akhirnya kuketahui sifat bulus dari istriku. Aku pun kembali ke kamarnya, menemui Congsot yang ketinggalan.

“Ya ampun, Cong! Dari tadi wajahmu kaututupi dengan jari-jarimu yang kotor itu. Adegannya sudah selesai. Please deh!” ucapku bosan dengan tingkah si congsot yang satu ini.
“Maaf Pak, aku bukan tipe yang suka nonton kayak gituan. Menurutku itu terlalu rendahan. Tapi…”
“Tapi apa?”
“Tapi tolong jangan panggil aku Cong. Nanti aku dikira Bencong. Panggil Congsot atau Sot aja,” ucapnya menggerutu.
“Whatever!”

Aku dan Congsot kemudian pergi dari kamar itu. Meninggalkan istriku yang kini lebih kejam dari iblis di mataku. Tapi, aku tak akan menyerah karena aku akan mendatangi mereka lagi. Mencari tahu mengenai identitas si pria ganjen itu. Sekarang aneh, pria yang ganjen meskipun wanita lebih banyak ganjennya. Maaf yang tersinggung!

Tiba di pemakaman, aku menyandarkan bahuku ke batu nisanku sementara Congsot kembali ke alam kematian. Aku sedang melepas pedih bersama para kunti yang juga sekali-kali menjerit tak karuan. Bersama para sundel yang kini bolongnya telah diplester. Sekali aku juga ikut menangis meski kini air mataku tak terjatuh setetespun.

“Pak, apa yang membuatmu bersedih?” tanya manja si wanita tercantik sejagad hantu dengan rambutnya yang tergerai panjang selutut.
“Istriku selingkuh,” ucapku melemas.
“What?” kagetnya yang seakan dibuat-buat. Kayaknya nggak pernah ikut casting, kalaupun pernah pasti ditolak. Ekspresi kagetnya terlalu over.
“Biasa aja. Nggak usah sok Inggris. Nanti kena linggis loh!” ungkapku mulai menjemu.
“Aduh, kasian bener hidupmu.”
“Hidup? Aku udah mati bego!”
“Oh, maaf aku lupa. Jangan bersedih gitu dong. Move on! Kalau kamu mau, aku juga mau kok jadi penggantinya,” katanya mulai merayu.

Kupalingkan wajahku dari tatapannya yang perlahan membius. Aku tak mau seperti istriku. Meskipun kini dia berpaling padaku dan telah selingkuh dengan pria lain. Tapi, aku harus tetap tunjukkan bahwa akulah si pria paling setia yang kini jadi hantu tak jelas. Walaupun begitu, kalau dicoba bersamanya, boleh juga kali, yah? Aku pun mengajaknya berkenalan. Dia meraih tanganku dan saat dia menyentuh tanganku, sungguh tangannya lebih kasar dari tumpukan besi.

“Aku Kugal, Kunti Galau. Para hantu di sini memberiku julukan itu karena aku dianggap hantu paling galau sejagad hantu. Setiap hari kerjaanku cuma menangis, menjerit, berdiam diri. Meski aku tak tahu kenapa aku seperti itu,” jelasnya memperkenalkan diri sambil terus menggoyang-goyangkan rambutnya berputar-putar bak trio macan.

“Wow!” Aku tercengang kagum. Lalu, kuhentikan putaran rambutnya dengan menyentuh kepalanya yang agak berlendir. “Stop! Kalau aku Kurnia Putra Kosim atau yang disingkat KPK, aku belum punya julukan hantu. Tapi, aku mau bertanya, segalau itukah dirimu?”
“Tentu!” jawabnya lantang. “Kadang meski aku udah jadi hantu, aku masih aja mau coba bunuh diri dengan loncat dari jembatan.”
“Berhasil?” tanyaku segera.
“Tentu tidak dong! Kan aku udah jadi hantu. Bagaimana bisa mati lagi setelah mati,” jelasnya.

Setelah perkenalan singkat itu dengan Kugal. Aku mulai melanjutkan hubungan kami lebih dekat lagi dan pikiran mengenai perselingkuhan istriku agak tersingkir. Aku mengajaknya kencan pada suatu malam. Bukan malam minggu, tapi malam jumat pakai kliwon.

“Kugal, mau nggak makan malam bareng aku? Kita pergi ke suatu tempat di alam manusia dan nikmati malam di sana,” ajakku sambil memberinya bunga kamboja.
“Wah, mau banget! Tapi, tunggu di sini dulu, ya! Aku mau dandan,” ucapnya dan segera menghilang seketika.

Beberapa menit, dia pun datang dengan memakai pakaian yang masih sama, putih polos panjang. Hanya rambutnya yang kini diikat seperti ekor kuda dan diberi hiasan di rambutnya dengan bunga mawar layu. Selain itu, riasan mukanya kini lebih tebal, setebal buku ensiklopedia.

“Kamu terlihat paling cantik memesona. Ijinkan tanganku ini menggandeng tanganmu,” kataku rayu.
“Pangeranku, dengan senang hati. Meski wajahmu biasa banget, tapi kamu terlalu ganteng nyangkut di hatiku,” balasnya lebih merayu.

Aku dan Kugal pun saling bergandengan tangan dengan mesra. Kami keliling di alam manusia. Mencari tempat yang cukup romantis untuk kita berdua. Meski aku tahu, betapapun romantisnya tempat yang kami temukan, tak akan cukup romantis jika harus bersama dia. Sebenarnya cukup terpaksa aku mendekatinya, demi melupakan bulusnya sifat istriku dari pikiranku.

Saat kami sedang berkeliling mencari tempat. Aku menghentikan perjalanan sejenak. Aku bertanya pada Kugal mengenai makanan hantunya dan dia menjawab kalau dia suka banget sama darah, darah manusia. Meski minus cantik, tapi dia juga super kejam dan sadis.

Di saat itu juga, aku melihat seorang pria berkemeja setelan dengan dasi yang terlingkar di leher menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah super mewah serta membawa tas jinjing hitam besar. Pria itu tampak tak asing bagiku. Lalu, kutatap wajahnya dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Aha! Dia adalah pria yang sebelumnya telah meniduri istriku.

Aku terkaget seketika. Kemudian kuberitahukan pada Kugal mengenai pria itu bahwa dia yang telah selingkuh dengan istriku. Rupanya, wajahnya lebih dulu terangsang. Mukanya berubah merah ganas seakan mengintai korbannya. Aku yakin dia terpesona dengan pria itu dan ingin segera mencicipi darahnya. Tapi, kutahan pergerakannya, aku tak mau dia mematikan pria itu dan membuatku tak tahu mengenai identitasnya.

Lalu, segera kubuntuti pria itu dari belakang menuju ke rumah mewah itu, sementara terus kutahan aksi Kugal. Sesampainya di dalam rumah, sehabis dia mengetuk pintu dengan keras-keras meski nyatanya ada bel. Dia pun berbincang-bincang dengan seorang pria lain yang mengenakan baju tidur berwarna biru dan corak bunga melati.

Aku tak mengerti dengan apa yang mereka sedang perbincangkan. Tapi sekali-kali aku mendengar mengenai kerja sama, bisnis, proyek, uang negara dan rahasia. Di puncak pembicaraan mereka, si pria hidung super belang memberikan sebuah uang dalam sebuah tas jinjing hitam itu. Saat itu pula aku yakin mereka sedang korupsi. Apa?

Bersambung


Related Story for Cerita Bersambung ,Horor ,Komedi

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih telah menyempatkan diri untuk membaca artikel di atas. Sekarang waktunya untuk memberikan komentar, saran, kritik atau masukan demi karya yang lebih baik lagi. Buat kalian yang tidak memiliki akun google, bisa diganti dengan NAME/URL