Kamis, 31 Oktober 2013
Wanita berkerudung merah sedang duduk di bawah pohon cemara sembari tersenyum dengan pipi yang cerah menyala. Matanya yang berbinar-binar memandang sekeliling. Memerhatikan setiap langkah kaki yang berjalan di depannya.
Sosok wanita yang entah siapa duduk sendirian. Entah menanti siapa. Entah sedang melakukan apa. Ketika langit semakin cerah. Ketika dia memalingkan wajahnya ke arahku. Aku terpana. Sorot matanya menghiasi pandanganku. Aku terbuai.
Tiba-tiba dia tersenyum. Senyuman yang sempat melelehkan napasku. Membuat sendi-sendi menjadi kaku. Aku terpaku. Sedetik waktu berlalu, dia mengangkat tangan kanannya. Melambaikan tangan. Aku salah tingkah. Jantung berdetak lebih kencang dari biasanya.
Langkah kakiku mulai bergerak maju. Aku mencoba mendekati. Menatap dia lebih dekat. Merekatkan sinyal hati lebih erat. Tak cukup dua tiga langkah, seorang pria keburu mendekat. Melintas dari arah belakang aku berdiri. Langkahnya semakin cepat hingga ke wanita itu. Memeluknya. Menciumnya. Aku tersentak. Hatiku retak.
wtp,31102013
Sosok wanita yang entah siapa duduk sendirian. Entah menanti siapa. Entah sedang melakukan apa. Ketika langit semakin cerah. Ketika dia memalingkan wajahnya ke arahku. Aku terpana. Sorot matanya menghiasi pandanganku. Aku terbuai.
Tiba-tiba dia tersenyum. Senyuman yang sempat melelehkan napasku. Membuat sendi-sendi menjadi kaku. Aku terpaku. Sedetik waktu berlalu, dia mengangkat tangan kanannya. Melambaikan tangan. Aku salah tingkah. Jantung berdetak lebih kencang dari biasanya.
Langkah kakiku mulai bergerak maju. Aku mencoba mendekati. Menatap dia lebih dekat. Merekatkan sinyal hati lebih erat. Tak cukup dua tiga langkah, seorang pria keburu mendekat. Melintas dari arah belakang aku berdiri. Langkahnya semakin cepat hingga ke wanita itu. Memeluknya. Menciumnya. Aku tersentak. Hatiku retak.
wtp,31102013
Related Story for Puisi Liris
0 Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)