Minggu, 13 Oktober 2013
Ketika uang berbicara. Mata terasa buta, mulut membisu, telinga menjadi tuli. Semua seakan digelapkan oleh uang. Siapa yang akan menderita? Mereka yang memilih kegelapan.
Lelaki jahanam itu ternyata korupsi. Ia berhasil menggelapkan uang negara demi kepentingan pribadi. Tipu muslihat yang ia umbar ternyata juga ditujukan kepada istriku. Ya, karena jabatan istriku begitu penting pada sebuah perusahaan (maaf nama perusahaan disensor), maka lelaki itu menipu istriku dengan menidurinya agar ia bisa meraih cintanya, juga uangnya.
Aku bingung dan merasa bersalah. Sepertinya, istriku tak sepenuhnya salah. Ia melakukan itu karena ditipu, tapi tetap saja dia telah menyelingkuhiku. Aku masih pusing harus memikirkan ini. Kutatap wajah Kugal diam-diam, gigi taringnya telah keluar dua.
“Woles gal, woles. Jika kamu terburu-buru melakukan ini, semuanya bisa hancur. Istriku akan menderita karena telah ditipu. Jadi, tenangkan dirimu.”
“Aku tidak bisa, aku tak sanggup untuk tak mencicipi darah satu orang hari ini.” Kugal terus meronta-ronta untuk segera mencicipi darah lelaki itu, tapi aku tetap berusaha keras menahan tindakannya. Hingga di ujung kesabaran menahannya.
“Maaf, aku terpaksa.”
Plakk! Tanganku berhasil menampar pipinya. Dia tertegun sejenak. Beberapa detik kemudian, aliran air begitu deras keluar dari matanya. Dia menangis menjerit-jerit bagai anak kecil yang tidak diberi uang jajan sebulan. Ingin mereda suasana, malah membuat tambah kewalahan. Dia terus menangis tanpa jeda. Ingin rasanya menekan tombol pause agar dia berhenti, setidaknya sejenak, tapi sangat susah.
“Nang ning nung, ning nung, ning nung. Ayo, berhenti nangis, ya! Kalau tidak, nanti dicubit gajah, loh! Mau?” rayuku tapi tak jua membuat dia berhenti menangis, malah kini tangisannya semakin kencang. Beberapa hantu yang mendengarnya bahkan pinsang karena tak tahan lagi.
“Ya udah, kalau kamu tidak mau berhenti, kita putus!” Memang kami tidak pernah pacaran, tapi semoga membuat tangisannya berhenti dan akhirnya dia berhenti juga menangis. Dasar hantu paling cengeng. Jika bukan karena ingin melepas benak dengan kesendirian di dunia hantu, sudah kubuang kau jauh-jauh. Aku membatin.
‘Mas, aku sudah sangat lelah. Aku butuh darah untuk membangkitkan staminaku,” mohonnya dengan wajah yang semakin pucat dari kepucatan sebelumnya.
“Baiklah, kamu boleh mencicipi darah orang tapi jangan lelaki itu karena dia sangat penting bagiku. Dia satu-satunya kunci utama agar istriku dan aku tak merasa tertipu,” ucapku dengan gagah bagai Presiden Soekarno membawakan pidatonya.
Kemudian, kuajak Kugal ke luar untuk mencari orang yang akan dicicipi darahnya. Dia sangat senang dan terus menggandeng tanganku erat. Setelah berada di luar rumah mewah itu, ternyata terdapat satu orang pria sedang lewat membawa gerobaknya. Dia penjual sate keliling.
“Sateeee! Sateee!” teriak ramai penjual itu, meskipun hanya dia seorang.
“Kugal, tuh ada orang. Silahkan dekati dia dan cicipi darahnya terus bawakan aku 1000 tusuk sate, lagi lapar banget. Meskipun jadi hantu, ternyata aku lapar juga,” ucapku sembari terus menunjuk-nunjuk ke arah pedagang sate.
Dari jarak beberapa centimeter, kudengar pembicaraan mereka ketika Kugal telah mendekati pedagang sate tersebut. “Mas, minta satenya dong. 1000 tusuk yah,” ucap dingin Kugal dengan nada menggoda.
Pedagang sate itu berpeluh-peluh, keringatnya terus berpancar keluar. Seluruh tubuhnya gemetar takut ketika sadar tak satupun orang sedang mengajaknya bicara. “Please deh! Ini sudah tahun 2013, masih saja ada Susana, tapi siapa itu? Ahhh….!” ungkapnya, lalu lari terbirit-birit meninggalkan gerobaknya sendiri.
“Ah, bagaimana mau dicicipi darahnya? Kalau begitu saja sudah kabur duluan.”
Busyet dah! Aku pikir dia akan dengan mudahnya mencicipi darah manusia. Tapi, ribetnya minta ampun. Beberapa manusia yang setengah kantuk telah lewat, namun tak satupun ia cicipi. Alasannya sangat banyak, miskin lah, bukan darah ningrat lah, darahnya kotor lah, aduhhh, banyak alasan banget.
Hingga akhirnya seorang pria tampan nan gagah, tubuh atletis, lesung pipi kanan kirinya, kulit putih bersih, mulus lagi, rambut ala boyband korea dan dia sepertinya kloningan Aming. Lelaki yang satu ini tak akan kubiarkan lewat, kalau lewat lagi, maka aku akan bunuh diri. Meskipun aku sudah mati, pokoknya aku mau bunuh diri. Aku sudah sangat capek dan bosan menuruti omong kosong si Kugal.
“Ku..gal..gal.gall,” panggilku dengan suara menggema bagai sinetron yang slow motion. “Cepat habisi dia, cicipi darahnya dan kita kembali ke orang tadi. Cepatlah!”
Dia terperanjat mendengar panggilanku. Dia berbalik dengan lambat bagai seorang yang baru pertama kali ketemu dengan yang dicintainya dalam sebuah sinetron. “Apa? Baiklah, kali ini dengan terpaksa aku lakukan, hahahaha.”
Kugal pun menghampiri lelaki itu, lelaki yang sementara berjalan dengan pinggul yang bergeser ke kanan ke kiri. Dikeluarkannya jurus andalan: kentut. Meskipun hantu, kentut Kugal lebih buas dari kentut lainnya. Yah, dengan sekejap mata, lelaki itu pingsan dengan elegannya. Pada detik selanjutnya, segera kututup mataku dengan telapak tangan, bermaksud untuk menutupi agar aku tak melihat kejijikan Kugal mencicipi darah lelaki itu. Aku sangat yakin, itu lebih dari sangat menjijikkan.
“Kugal, udah selesai?” teriakku.
“Aduh, hantu macam apa kau ini? Begini saja kau tak mau lihat? Tapi, tak apalah karena kau masih baru. Tenang, beberapa meter lagi sayatanku akan selesai.”
“Sayatan? Ya udah, lanjutkan tapi lebih cepat lebih baik.”
Beberapa menit kemudian, Kugal berteriak lagi. “Pak, sudah selesai.”
Aku pun membuka tutupan tanganku dan sudah tak melihat lekaki itu. “Kemana perginya lelaki itu? Jangan bilang kamu menghabisi seluruhnya.”
“Oh, setelah aku cicipi darahnya sedikit dan ketika dia sadar, dia lansung lari bagai melihat hantu. Ya, itu aku, hantunya.”
Sesaat kemudian, pria yang telah selingkuh dengan istriku pun keluar dari rumah mewah itu dan sudah tak membawa tas besar itu lagi. Dia menghampiri mobilnya, naik dan kemudian dikendarai dengan kencangnya.
“Kugaaaallll! Cepat, pria itu telah pergi dengan mobilnya,” pekikku kencang dan Kugal segera menghampiriku. Ia lalu memegang tanganku erat dan kami segera melihat. Kami muncul di dalam mobil lelaki itu.
“Hahaha, setelah ini, aku harus ke rumah Gelena Somay, melakukan aksi 18++ kami dan kembali menawarkan perjanjian agar dia setuju untuk menyerahkan seluruh harta perusahaan kepadaku,” ungkapnya sendirian di atas mobil. Meskipun ada aku dan Kugal tapi dia tetap sendiri sebagai manusia yang masih hidup.
Eh, tunggu dulu! Belum tahu, yah, Gelena Somay itu siapa? Itu nama istriku. Cantik banget, kan, namanya? Ya, seperti orangnya. Dia selalu jadi bidadariku meski dia telah selingkuh dan kita telah memiliki dunia berbeda. Oh, sayang!
Sudah beberapa kilometer mobil ini berjalan dan sepanjang jalan. Lelaki itu terus tertawa seringai. Uh, sudah gila kali yah ini orang? Gila uang!
Beberapa detik, ehhhh… si pria itu menginjak rem dengan tajamnya. Lantas, hal itu membuatku jumpalitan bersama Kugal ke badan depan mobil. Rupanya, mobil ini telah sampai di tempat tujuannya, rumahku, eh ralat, rumah istriku.
Pria itu lalu turun dari mobilnya, berlari kecil menuju ke rumahku. Tonnggggg! (Ini sudah bunyi bel, nggak yah?) Suaranya mendenging dan beberapa saat kemudian. Pintu itu pun terbuka dan telah berada sosok cantik nan memesona, istriku (aku tak mau bilang mantan).
Ketika lelaki itu menatap lembut istriku, dia dengan cepat lansung menyosor bibir istriku dengan bibir monyongnya. Menciumi bagai tak pernah ketemu se-abad. Muka, hati, dan perasaanku bergejolak.
Bersambung
Related Story for Cerita Bersambung
,Horor
,Komedi
1 Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
keren gan
BalasHapus