Minggu, 11 Mei 2014
Rembulan
Menangis
Oleh: Justang Zealotous
Tiap hari sajakku
selalu dalam rintihan. Selalu memekikkan jeritan tak bertepi. Jeritan yang
menyesakkan dada. Tersesak dan terimpit dalam duka yang terdalam.
Mungkin bintang gemerlap mengerling damai. Kerlingan yang malah tak terasa pada rembulan. Terasa hanyalah kesendirian di balik jutaan bintang. Balik senyuman yang hanya jadi tangisan.
Rembulan kini menangis bersama sepi kelamnya malam. Sepi-sepi yang jadi rintihan tiap detik. Rerintih yang juga ikut dalam sendu diriku. Kesenduan yang meyakinkan kesendirian seperti rembulan.
Beribu atau bahkan berjuta bintang tetap tersenyum. Senyum yang tak tertuju pada tangis sang rembulan. Tangis yang kini telah merasuk pula dalam diriku. Dalam dan sangat dalam hingga hati hanya mampu menjerit.
Aku adalah rembulan itu. Akulah tangisan. Jeritan itu, aku pula. Semua menyatu menciptakan hati yang terluka.
JZ-7/5/14-20:25 PM
Mungkin bintang gemerlap mengerling damai. Kerlingan yang malah tak terasa pada rembulan. Terasa hanyalah kesendirian di balik jutaan bintang. Balik senyuman yang hanya jadi tangisan.
Rembulan kini menangis bersama sepi kelamnya malam. Sepi-sepi yang jadi rintihan tiap detik. Rerintih yang juga ikut dalam sendu diriku. Kesenduan yang meyakinkan kesendirian seperti rembulan.
Beribu atau bahkan berjuta bintang tetap tersenyum. Senyum yang tak tertuju pada tangis sang rembulan. Tangis yang kini telah merasuk pula dalam diriku. Dalam dan sangat dalam hingga hati hanya mampu menjerit.
Aku adalah rembulan itu. Akulah tangisan. Jeritan itu, aku pula. Semua menyatu menciptakan hati yang terluka.
JZ-7/5/14-20:25 PM
Related Story for Puisi Liris
0 Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)