Rabu, 31 Juli 2013
Kedamaian yang ingin aku genggam
Terpaksa ciut
oleh kekecewaan padamu
Kecewa yang hanya
dalam benak
Kusimpan sembari
menahan luka
Kepedihan dan air
mata yang tertahan
Selayak naik
menjadi pilu dan tangis
Kuulurkan semua
pasrah padamu
Kutundukkan
jiwaku yang emosi
Aku tak ingin kau
menjadi gundah
Meski cintaku kau
lantakkan
Ku hanya berdaya
upaya
Mengharapkan jiwa
yang kau punya
Terasuki oleh
jiwa yang suci
Jiwa-jiwa yang
berbalik perduli
Meski susah
terpanjatkan
Tapi ini doa yang
kuhanturkan
Pada kau jiwa
yang tersesatkan
Jiwa yang tak ada
lagi cinta
Rindu kasih yang
pernah tercipta
Olehmu wahai
pemandu hati
Lalu dengan kata
kuindahkan
Berharap kau tak
berpaling lagi
Membuatku luluh
pada cinta rusuh
Kusut dan mulai
bertahan menahan
Mungkin kau pikir aku bodoh
Gila dan tak masuk akal
Tapi cinta yang mendekapku
Memang sulit untuk diakali
Aku tak terlahir untuk terluka
Namun kubiarkan luka melekatku
Luka kecewa yang kau sematkan
Pada rintihan jiwa yang pekik
Watampone, 01-08-13
Untuk kekasih yang entah siapa.
Senin, 29 Juli 2013
Minal Aidin Walfaidzin, Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Ehh, beberapa hari lagi udah mau Hari Raya Idul Fitri. Maaf-maafan yuk! Tapi satu hal yang paling ditungguin anak jaman sekarang adalah THR (Tunjangan Hari Raya).
Seberkas uang atau hadiah diberikan menjelang lebaran tiba. Kadang ada yang memberi uang, pakaian atau yang lain. Hari ini tepat kakakku dapat THR dari pekerjaannya. Horee! Pasti dapat juga. Benar, aku dapat. Kakak membelikan aku celana panjang, seperti yang aku pesan sebelumnya. Raut muka kebahagiaan dari kami terus terpancar indah.
Ehh. Tapi dalam benakku terus menggumam: "Kapan ya aku yang bagi-bagi THR ke keluarga juga?"
Rasanya sangat ingin bagi-bagi THR juga. Membuat dan memandang raut kebahagiaan di wajah mereka Terus merengek untuk diberi hadiah. Aku sangat ingin itu terjadi.
Meskipun sekarang bukan wakunya. Aku masih jadi anak kuliahan yang hanya mengais uang dari orang tua. Meski kerja, tapi tak seberapa. Makan aja tak cukup :(
Maki dari itu. Aku sangat bertekad untuk suatu hari nanti aku lagi yang menggantikan kakak-kakakku berbagi rejeki bersama. Bagi-bagi THR. Mampu mendapatkan pekerjaan yang layak, mampu membahagiakan mereka yang mulai merintih minta uang, hehehe.
Ini curhat, atau apa yah? Ya udah! Sekarang, waktunya Anda berbagi cerita bersama saya. Lebih suka bagi-bagi atau dibagiin? Jawab jujur loh...
Ehh, beberapa hari lagi udah mau Hari Raya Idul Fitri. Maaf-maafan yuk! Tapi satu hal yang paling ditungguin anak jaman sekarang adalah THR (Tunjangan Hari Raya).
Seberkas uang atau hadiah diberikan menjelang lebaran tiba. Kadang ada yang memberi uang, pakaian atau yang lain. Hari ini tepat kakakku dapat THR dari pekerjaannya. Horee! Pasti dapat juga. Benar, aku dapat. Kakak membelikan aku celana panjang, seperti yang aku pesan sebelumnya. Raut muka kebahagiaan dari kami terus terpancar indah.
Ehh. Tapi dalam benakku terus menggumam: "Kapan ya aku yang bagi-bagi THR ke keluarga juga?"
Rasanya sangat ingin bagi-bagi THR juga. Membuat dan memandang raut kebahagiaan di wajah mereka Terus merengek untuk diberi hadiah. Aku sangat ingin itu terjadi.
Meskipun sekarang bukan wakunya. Aku masih jadi anak kuliahan yang hanya mengais uang dari orang tua. Meski kerja, tapi tak seberapa. Makan aja tak cukup :(
Maki dari itu. Aku sangat bertekad untuk suatu hari nanti aku lagi yang menggantikan kakak-kakakku berbagi rejeki bersama. Bagi-bagi THR. Mampu mendapatkan pekerjaan yang layak, mampu membahagiakan mereka yang mulai merintih minta uang, hehehe.
Ini curhat, atau apa yah? Ya udah! Sekarang, waktunya Anda berbagi cerita bersama saya. Lebih suka bagi-bagi atau dibagiin? Jawab jujur loh...
Lemah, membiru, pucat
Semua gelap hingga tepi hitam
Aku mencari udara yang mulai merasuki
Inikah kegelapan itu
Inikah kehampaan itu
Kutanya dengan nada yang mengilukan
Kusemburkan kata yang mendengung
Aku mencari detik menuju menit
Tak kutemukan udara yang kucari
Gelisah
Mengeruak dalam tubuhku
Risau, cemas
Aku terasa tak ada
Tubuhku nyata tapi jiwaku hilang
Nadi yang menjalar itu kini berhenti
Semua sahut bersahut meneriakiku
Aku rasa diriku mati
Aku rasa diriku hilang
Aku pergi tanpa bertepi
Semua gelap hingga tepi hitam
Aku mencari udara yang mulai merasuki
Inikah kegelapan itu
Inikah kehampaan itu
Kutanya dengan nada yang mengilukan
Kusemburkan kata yang mendengung
Aku mencari detik menuju menit
Tak kutemukan udara yang kucari
Gelisah
Mengeruak dalam tubuhku
Risau, cemas
Aku terasa tak ada
Tubuhku nyata tapi jiwaku hilang
Nadi yang menjalar itu kini berhenti
Semua sahut bersahut meneriakiku
Aku rasa diriku mati
Aku rasa diriku hilang
Aku pergi tanpa bertepi
Minggu, 28 Juli 2013
Ketika kau punya kekasih. Apa yang kau lakukan? Menikmati indahnya
cinta. Memberikan dia perhatian lebih. Menanyakan kabarnya. Mengajaknya makan
malam. Kencan berdua di malam minggu.
Tapi itu tidak cukup bagiku. Aku ingin cinta yang serius. Cinta yang
diikat oleh tali yang sakral. Aku ingin hidup bahagia sampai dunia
menenggelamkanku bersama keluarga kecil. Aku ingin cinta yang abadi. Cinta yang
tak hanya menjadi sepasang kekasih. Tapi juga merupakan sebuah pasangan yang
ditumbuhi oleh generasi mereka. Aku ingin pernikahan.
Terasa semua itu akan terwujud ketika kutemukan seorang wanita idaman
yang telah aku jadikan seorang kekasih selama lima tahun. Aku tak pernah
diputuskan atau memutuskan karena dia adalah satu-satunya kekasih yang pernah aku
miliki. Namun aku tak pernah berani menemui orang tuanya dengan keadaan hampa
seperti ini untuk melamarnya. Maka kupersiapkan selama lima tahun untuk
menghabiskan keringat mencari gumpalan demi gumpalan uang.
Jika ada yang berkata bahwa cinta cukup membahagiakanmu. Maka berani
kukatakan itu salah. Apa yang akan kau beri untuk anak dan istrimu jika hanya
dengan cintamu. Kamu akan menyengsarakan mereka.
Maka sampailah, ketika aku telah menemukan pekerjaan layak. Ketika
jabatan direktur berhasil kugenggam dengan keringat yang pernah menghabiskan
tenagaku. Aku akan melamarnya. Kan kutemui orang tuanya. Menghadap dan berkata
bahwa “aku ingin menikahi anakmu.”
Namun sebelum aku ke orang tuanya. Aku ingin sesuatu yang besar. Sebuah
kejutan yang akan membuat hatinya berkobar-kobar. Berbunga-bunga. Aku terus
berkorban demi kudapatkan cincin yang melingkari jari kita berdua. Aku pun tak
pernah lupa ketika ia berkata: “Nikahi aku atau aku akan terjung ke jurang
itu.” Sedikit memaksa tapi aku sangat suka mendengarnya.
Aku mempersiapkan kejutan besar untuk melamarnya selama satu bulan. Aku
membeli ke pasar atau swalayan. Aku memasak sendiri. Beberapa makanan ada yang
dibeli. Semua tenaga kulampiaskan untuk dia, kekasihku yang bernama Selvi.
Teman-teman yang setia juga ikut membantu aku mempersiapkan semuanya.
Selama persiapan kejutan ini. Aku selalu bersembunyi agar kejutan benar-benar
menjadi kejutan.
Akhirnya ketika satu minggu sebelum malam kejutan terjadi. Seminggu itu,
aku tak pernah menghubunginya. Aku tak pernah mengirimkan pesan singkat
sedikitpun padanya. Aku pun juga tak pernah menemuinya. Karena pada waktu itu,
aku sedang merancang dekorasi dan semua perlengkapan kejutan untuknya.
Waktu kejutan telah tiba. Perasaanku mulai tidak tenang. Aku sedikit
ragu bahwa kejutan ini akan berhasil. Tapi aku berusaha yakin dan percaya pada
semua yang telah aku lakukan bahwa akan berjalan sukses.
Ketika matahari masih bertahan menyinari bumi. Belum tenggelam di ufuk.
Ku kirimkan pesan singkat padanya melalui telepon seluler.
“Sayang, datanglah malam ini di taman biasa. Taman tempat pertama kali
kita ketemu. Aku punya sesuatu untukmu,” terkirim untuknya.
Setelah semua selesai kupersiapkan. Malam pun tiba. Kulihat jarum jam
yang melingkari tanganku menunjukkan pukul 07.30 malam, ia belum datang juga.
Pikiranku mulai melayang-layang. Aku takut ia tak akan datang. Aku takut semua
akan sia-sia. Jutaan ketakutan terus terbayang-bayang dalam pikiranku.
Di taman, tempat kejutan yang kupersiapkan untuknya. Tempat dengan dekorasi
yang sangat indah. Terdapat beberapa kursi yang telah diisi beberapa orang yang
tersusun melingkari dua kursi kosong yang khusus untuk aku duduki bersama
kekasihku nanti. Ada juga orkestra yang tersembunyi khusus untuk hiburan. Lampu
hias warna warni menghiasi tempat itu. Taman dengan kolam ikan di sisinya makin
menambah keromantisan kejutan nanti. Bunga-bunga yang harum semerbak juga
mewarnai kejutan ini. Semuanya telah siap sedia.
Setengah jam berlalu. Kekasihku belum menampakkan wajah indahnya itu.
Aku makin tak tenang. Keringat ketakutan juga ikut membasahi kemeja panjang
putih dan dasi yang aku kenakan.
Sembari menanti ia datang. Sepupuku, Meni datang menghampiriku dan duduk
bersamaku di kursi yang ada di tengah-tengah. Ia memberiku semangat dan agar
tidak resah menantinya datang. Lalu ia mencium keningku, wujud semangat
darinya.
Saat bibirnya terlekat di keningku. Seketika itu juga Selvi, kekasihku
datang. Ia melihat Meni menciumku. Ku tatap wajahnya dari jauh yang berisikan
kekecewaan. Ia marah. Sangat marah. Kemudian ia menghampiriku dan segera
mengambil satu gelas berisi minuman dan melemparinya ke arahku. Aku kaget dan
terkejut.
“Oh, aku tahu. Satu minggu kamu tak pernah menghubungiku karena kamu
telah memiliki kekasih baru,” ungkapnya dan air matanya lalu menangis deras
membuat maskaranya ikut luntur.
Aku berusaha menjelaskan dan begitupun Meni tapi Selvi terus berbicara
tanpa henti, terus menghalangi aku berbicara. “Inikah yang ingin kau tunjukan
padaku? Sukses. Kejutan ini sangat sukses,” diam dan menundukkan kekecewaannya
sejenak.
Aku ingin berbicara dan menjelaskan sesuatu tapi ia malah menutup
mulutku dengan jari telunjuknya.
“Selvi, aku bisa jelaskan,” kata Meni berusaha berbicara.
“Diam! Kamu diam!” celah Selvi kemudian. “Kekasih barumu ini sangat
cantik. Inikah balasanmu selama lima tahun. Aku.. ,” sebelum Selvi sempat
meneruskan perkataannya tiba-tiba spanduk yang tertuliskan WILL YOU MARRY ME? yang
telah aku persiapkan untuk Selvi, kekasihku terbuka lebar diikuti orkestra yang
mulai memainkan musik merdunya. Selvi melihatnya dan mulai menahan amarah
sembari tangisannya makin deras dan membuat riasan wajahnya mulai luntur satu
persatu.
“Hah? Jadi, kamu menyuruhku datang untuk menyaksikan kamu melamarnya?
Selamat, semoga kalian menjadi pasangan yang berbahagia,” putus Selvi dan
kemudian lari terisak-isak meninggalkanku.
Hal yang aku takutkan terjadi. Aku menjerit. Aku menangis. Air mataku
tak kuasa lagi kubendung. Semua yang kulakukan berantakan. Pengorbananku kacau
hanya satu malam ini. Aku tak ingin semua ini berakhir sia-sia. Aku lari dan
kejar dirinya. Namun ia memanggil taksi dan pergi dengan taksi itu.
Beberapa orang yang hadir di tempat itu juga menangis haru. Sementara
Meni terus memohon maaf padaku karena menyesal. Seketika aku tersadar. Aku
yakin bahwa Selvi pergi ke suatu jurang. Jurang, seperti yang pernah ia katakan
padaku jika aku tak menikahinya.
Lalu dengan cepat kupinjam motor gede sahabatku. Kukendarai dengan
sangat cepat. Beberapa orang juga terlihat mengikutiku dari belakang.
Beberapa menit dan sampai jua aku di dekat jurang. Benar, ia berdiri
tepat di tepi jurang. Mengambil ancang-ancang untuk segera menjatuhkan
tubuhnya. Dengan cepat kuhalangi maksudnya.
“Tunggu! Kamu perlu dengar penjelasanku,” teriakku menghalangi.
“Apalagi yang ingin kau jelaskan? Semuanya sudah terasa jelas antara kau
dan dia. Pergi! Dan biarkan aku mati di sini.”
“Tidak. kamu jangan tinggalkan aku. Aku tak pernah menghubungi seminggu
kemarin karena aku mempersiapkan ini semua. Aku ingin melamarmu. Sementara
wanita itu. Dia adalah Meni, sepupuku. Tolong! Percaya padaku. Tak pernah
seorang pun mampu menggantikan posisimu di ruang hatiku,” kataku menjelaskan
sembari berjalan perlahan mendekatinya.
“Aku tak percaya. Semua sudah terasa jelas ketika dia mencium keningmu,”
bantahnya dan makin dekat ia ingin menjatuhkan diri.
“Ciuman itu sebagai tanda penyemangat darinya. Tak ada cinta sedikitpun.
Percayalah!”
Aku kemudian tepat di hadapannya. Lalu beberapa orang tadi juga sampai
di dekat jurang. Meni pun juga tampak datang bersama dengan orang tuaku.
“Selvi, percayalah. Aku adalah sepupu Radit. Kami tak pernah ada
hubungan kekasih,” ungkap Meni berusaha menjelaskan.
“Betul Selvi. Dia adalah sepupu Radit. Dia baru pulang dari Singapura,”
tambah ibuku menjelaskan.
“Selvi, sekarang kamu percaya kan?” tanyaku.
“Radit!” sahutnya lalu segera memelukku. “Dit, aku tak pernah rela
seseorang pun memilikimu. Maafkan aku karena tak mempercayaimu. Tolong! Maafkan
aku,” ungkapnya dan mulai menunjukkan senyuman manisnya itu.
“Selvi, kamu tak salah. Tak pernah salah. Lalu, WILL YOU MARRY ME?”
“I WILL MARRY YOU. Nikahi aku atau aku akan terjung ke jurang itu,”
tegasnya dengan canda sedikit dan kembali memelukku erat.
Akhirnya, persiapanku berakhir dengan pelukan indah kami. Semua orang
tampak bersorak sorai ria memandang kami yang sedang bertumpu pada cinta yang
utuh. Aku dan kekasihku, Selvi lalu bergerak maju meninggalkan jurang yang
hampir meleburkan tubuh Selvi. Namun, tiba-tiba aku yang sangat senang saat itu
tergelincir oleh batu yang kuinjak. Tubuhku terhempas dan membuatku jatuh ke
jurang. Selvi terkejut dan lalu menjerit. Semua orang yang hadir pun teriak
kaget.
Akhhhh. Untung aku mampu bertahan. Aku menggenggam erat akar pohon yang
tergantung di tepi jurang. Kukerahkan sekuat tenaga untuk dapat naik atas lagi.
Selvi yang dibantu beberapa orang lainnya membantu menarikku naik ke atas.
Dasi hitam yang melingkari kepalaku lalu kubuka perlahan. Kuikatkan pada
akar pohon itu lalu menarik diri sekencang-kencangnya. Dengan bantuan tarikan
lainnya, akhirnya aku berhasil keluar dari jurang. Selvi yang terus menjerit
menangis melihatku lalu memelukku sangat erat. Ia sekaan tak ingin lepas dari
pelukanku. Ku sapu air matanya agar ia tak bersedih dan lalu kucium keningnya.
Semua orang kembali bersorak riuh.
Watampone, 29 Juli 2013
Justang
PANGERAN JAS
HUJAN
By.
Justang Zealotous
Wajahmu adalah rupamu,
Kau lebih dan kurang
menyelipi
Paras yang elok
Itukah yang kaucari?
ADA sebuah alasan mengapa aku masih menjadi gadis dua puluh tahun yang
betah dengan kesendirian. Cantik rupawan itulah kendalaku. Aku terus berpikir
bahwa lelaki yang mana yang mau dengan gadis buruk rupa sepertiku?
Aku benci wajahku. Gadis kacamata. Rambut kepang. Riasan tebal. Mulut
yang menjorok ke depan. Rahang yang moncong. Hidung yang setengah habis. Hantu
sendiri bahkan akan muak jika melihatku. Ingin operasi plastik, biaya super
mahal. Menghabiskan hartaku tujuh turunan.
Namun, satu yang membuat aku mampu bertahan hidup dalam wajah yang tidak
keruan
begini, adalah Henry. Cowok tampan, tinggi,
kulit putih bersih, rapi, fashionable dan dengan tubuh atletisnya yang selalu
kupandangi dari jauh di kampus. Sekalipun jiwa keberanianku tak pernah muncul
untuk mendekatinya. Aku sadar diri. Dia adalah pangeran, sedangkan aku hanyalah
budaknya bawahan.
Hari ini, sekali lagi di kampus. Seperti biasa semua orang jijik untuk
mendekatiku. Aku tak pernah punya teman, tak pernah seseorang berjalan
berdampingan denganku. Tapi, aku tetap berusaha untuk menikmati hidup dan terus
bermimpi suatu saat nanti penghulu menikahkan aku dengan pangeranku.
Aku berjalan tergesa-gesa karena hari ini aku ada ujian praktikum.
Meskipun wajahku berantakan tapi otakku tetap menjadi otak ideal. Makin kupacu
jalanku. Aku lalu bergerak cepat dan tiba-tiba.
Brakk!
Pundakku menabrak pangeranku. Beberapa buku yang kubawa terjatuh ke
tanah. Ia menatapku lama dan kuyakin ia mulai jijik padaku.
“Ehhh, gadis aneh. Singkirkan tubuhmu di hadapanku,” katanya marah dan
mengempaskan tubuhku hingga terjatuh. Aku tak balik marah padanya. Bahkan aku
rela ketika tubuhku diempaskan olehnya. Aku juga senang karena tangannya
berhasil terlekat di tubuhku. Aku pun mampu menatap matanya yang dingin itu
membekukan hatiku.
Segera aku memungut beberapa buku yang jatuh di lantai ketika sadar ia
telah pergi meninggalkanku sendiri. Lalu bangkit dan kembali bergegas menuju
ruang praktikum.
***
Pukul 12.30 siang. Ujian praktikum telah selesai. Kubereskan segera
buku-buku dan kumasukkan satu persatu ke dalam tas punggung merahku. Kudengar gemuruh
petir bergejolak di luar sana. Hujan deras tampaknya akan mengiringiku pulang
siang ini. Namun, aku malah senang karena hujan adalah salah satu ciptaan Tuhan
yang sangat kusuka.
Setiap butir-butir hujan yang turun dan membasahi adalah sebuah keistimewaan
yang tak mampu kuungkapkan dalam sebuah kata.
Sesuka apapun aku pada hujan. Tampaknya siang ini lebih kupercayakan
payung hijau totol-totol untuk melindungiku karena hujan sangat deras. Apalagi
jarak rumahku dari kampus cukuplah jauh. Jika disuruh untuk menunggu hingga
hujan reda. Lebih baik seluruh tubuhku ini terkena hujan. Aku tidak suka
menunggu.
Ketika di depan kampus. Beberapa orang tampak menunggu hujan reda
sementara aku segera berjalan melompat ke genangan air. Lalu berjalan cepat
untuk pulang di bawah derasnya hujan. Namun, hujan deras disertai angin kencang
membuat payungku terbang. Jadilah tubuhku seperti kecemplung di laut.
Basah dan semua basah. Aku berusaha mengejar payungku tapi tampaknya itu
sudah terlalu jauh. Tiba-tiba seorang pria berpakaian jas hujan biru
menghampiri sambil membawa payung hijauku.
“Ini payungmu?” tanyanya seraya menyerahkan payung hijauku.
“Iya, betul. Itu payungku. Terima kasih.”
Ia sangat baik padaku tapi aku tak mampu melihat wajahnya yang tertutup
oleh penutup kepala jas hujan dan maskernya. Meskipun begitu, aku tetap
bersyukur karena rupanya dari seluruh makhluk di muka bumi ini, hanya dia yang
rela mendekatkan tubuhnya padaku.
“Hati-hati, hujan hari ini sangat deras,” tuturnya dan entah kenapa mulai
membuat jantungku makin berdebar.
“Iya, tapi tidak masalah karena aku suka hujan. Aku tidak takut ketika
butiran hujan ini harus membasahiku.”
“Aku juga suka hujan,” ungkapnya dan membuatku takjub.
“Serius?” heranku. Pria yang tak kuketahui wajahnya itu mulai membuat kedamaian terasa di hati.
“Aneh, ya? Memang banyak orang bilang begitu kalau aku aneh karena suka
hujan.”
“Tidak! Menurutku, kamu sempurna ketika kamu suka hujan tapi kenapa kamu ingin
mendekatiku? Apakah kamu tidak malu pada wajahku yang buruk ini?” tanyaku
padanya.
“Malu? Kenapa harus malu? Aku berpikir bahwa hanya orang bodoh yang tak
bisa melihat kecantikanmu,” tuturnya disertai tawa kecil yang terdengar jelas
melalui sela-sela pendengaranku.“Baiklah, nama kamu siapa?”
“Aku Tina. Kamu?”
“Aku Hasyim. Tina, aku harus pergi sekarang. Sekali lagi, hati-hati,”
katanya lalu pergi meninggalkanku. Namun, sebelum ia pergi. Dia terlebih dahulu
memberiku secarik kertas yang berisi nomor hadphone-nya.
Terciptalah perkenalan singkat kami di bawah derasnya hujan. Pangeran
jas hujanku ini membuat jantungku tak berhenti berdebar. Ia seakan memalingkan
pikiranku pada pangeran kampusku.
Ketika malam tiba. Aku tersadar pada secarik kertas yang dia berikan
padaku sebelum ia pergi. Aku lalu menghubunginya. Tet…tet…tet. Tersambung.
Kudengar suaranya yang begitu lembut. Kami berbincang-bincang dalam sambungan
telepon selarut malam. Membincangkan segala hal tentangku dan dirinya.
Percakapan di telepon berhenti ketika sadar malam telah larut betul.
Percakapan di dalam telepon itu terus berlanjut setiap malam. Kadang aku
yang menghubungi pertama dan kadang ia dahulu. Walaupun demikian, sampai
sekarang aku belum jelas melihat wajahnya. Ia masih samar-samar olehku karena
pertemuan kami secara nyata hanya pada waktu hujan deras kemarin.
***
Suatu hari, ketika usai
dari kampus. Hujan deras kembali turun menghantam bumi. Saat itu, aku kembali
teringat pada pangeran jas hujanku. Aku berharap di tengah hujan ini aku dapat
berjumpa dengan ia lagi secara nyata. Bukan melalui telepon.
Sebelum aku melangkahkan kaki pada genangan air. Kulihat Henry, pangeran
kampusku berjalan di depanku sambil mengeluarkan jas hujannya yang ia sematkan
dalam tas. Aku yang sementara itu sedang memegang pulpen tinta, tiba-tiba
tersenggol lagi olehnya dan membuat tintaku mengotori jas hujannya.
“Akhh, maafkan aku!” kataku menyesal.
“Maaf? Tinta anehmu itu telah mengotori jas hujanku. Sekarang pergi dan
bawa wajah jelekmu itu dari hadapanku sebelum kubuat kau menyesal telah
dilahirkan,” dingin Henry dengan tatapan sinisnya dan kemudian pergi dariku
sambil membawa jas hujannya yang telah kukotori.
Aku menahan air mataku. Aku sadar, kini pangeranku itu berubah menjadi
iblis di pandanganku. Cukup pangeran jas hujanku yang menemani hidup ini. Aku tak
selayaknya bertahan pada orang yang sama sekali tak pernah mencintaiku. Aku
segera berlari ke derasnya hujan sementara isak tangis yang terus kutahan.
Lalu kulepaskan semua masalahku. Aku menangis sekencang-kencangnya
bersama petir yang terus menjerit. Inilah sebab aku suka hujan. Aku bisa
melepas benak tanpa malu orang tahu aku sedang meneteskan air mata.
Tak lama kemudian. Pangeran jas hujanku muncul membawa sebuah payung ke
arahku. Meskipun hujan, sepertinya dia
tahu aku sedang menangis karena melihat mataku yang terus memerah dan sembap.
“Kamu menangis?” tanyanya seraya mengusap air mataku.
Aku terdiam dan jantungku terus berdetak kencang ketika tangannya
menyentuh pipiku.
“Kamu punya masalah? Ceritakan padaku.”
“Tidak. Aku sama sekali tidak punya masalah. Aku menangis haru karena
hujan hari ini sangat indah,” tangkasku dan ia tertawa.
Hujan hari ini rupanya berhasil membuatku kedinginan. Aku mengginggil.
Tanganku gemetar karena kedinginan. Tiba-tiba dia memelukku. Dia
mendekapku erat karena bermaksud untuk menghangatkan tubuhku yang ia lihat
sangat kedinginan.
Jelas. Tubuhku sungguh dihangatkan oleh tubuhnya dan jantungku kurasakan
makin tak karuan. Rasa cintaku padanya mulai tumbuh mengembang. Namun, sebuah
hal aneh kupandangi pada jas hujannya. Kotor. Ada tinta. Jas hujannya sama
persis dengan jas hujan mantan pangeranku, Henry.
Dengan cepat kulepaskan pelukannya di tubuhku. Lalu kuhantam dia dengan
pertanyaan. Ia kaget dan heran.
“Hasyim, siapa orang dibalik penutup kepala dan maskermu itu?” tanyaku
mulai curiga padanya.
Dia
diam tak berkutip. Kemudian memalingkan tubuhnya. Dia seakan
sembunyi pada kecurigaanku. Segera kutarik penutup kepalanya dan melepaskan
maskernya dan dia adalah: Henry. Jadi, pangeran jas hujanku selama ini adalah
mantan pangeran kampusku. Mengetahui hal itu. Aku sangat kecewa padanya.
Emosiku mulai memuncak tinggi. Aku ingin marah. Mengamuk padanya. Lalu segera ingin
lari dari hadapannya. Aku malu. Namun dia
mencegah dengan menarik tanganku.
“Tina. Maafkan aku! aku tak pernah jujur padamu. Iya, aku Henry. Henry
Hasyim. Aku adalah orang yang selalu menyakitimu tanpa punya perasaan. Aku
memang kejam. Tolong, maafkan aku!” katanya memohon.
“Maaf? Setelah semua yang kaulakukan padaku. Kamu ingin maaf dariku?
Dulu, kamu memang menjadi pangeran impianku. Aku rela ketika kauempaskan
tubuhku. Tapi, ketika kutemukan sosok dirimu sebagai pangeran jas hujan yang
membuatku jatuh hati. Kau benar-benar membuatku kecewa,” kataku dengan nada marah.
Ia lalu menarik tubuhku. Memegang kedua tanganku. “Aku memang pengecut.
Pria paling pengecut. Aku egois mementingkan identitasku sendiri di kampus dan
berpura-pura malu padamu. Tapi jujur, aku tak pernah malu padamu. Kamu adalah
bidadari yang mampu membuat senyumku membeku. Membuatku lupa pada dunia.
Membuatku berani pada hujan yang selama ini membuatku takut.”
Sekali lagi, ia ingin memelukku tapi kucegah segera. Kuempaskan tubuhnya
seperti biasanya ia mengempaskan tubuhku. “Simpan semua kata-kata itu. Aku tahu
wanita buruk sepertiku bukanlah yang pantas untukmu. Pergi! Pergi dari
hadapanku!”
kataku seraya tangis yang terisak-isak.
Aku lalu berbalik dan lari darinya. Berhenti tepat di tengah jalan. Kubiarkan
semua butiran hujan membasahiku sembari tetesan air mata ini mengalir deras. Tiba-tiba
sebuah mobil dari arah barat berjalalan cepat menghampiriku. Sementara Henry
yang melihat kemudian berlari dan mendorong tubuhku.
Dorongannya membuatku terjatuh ke tepi jalan. Tapi, mobil yang berjalan
cepat itu lansung menabrak tubuh Henry. Membuat ia terlempar ke atas mobil.
Lalu tubuhnya terempas membentur aspal jalan. Darahnya merembes kemana-mana.
Mulutnya terus mengeluarkan darah.
Aku yang melihatnya kemudian menjerit dan segera berlari ke arahnya. Aku
lalu duduk berlutut. Terus memegang tangannya sementara beberapa orang tampak
berlarian bergerombol menuju ke arah kami.
“Hasyim. Jangan tinggalkan aku!
Aku tak pernah marah padamu. Pangeran jas hujanku.”
“Tina. Bidadariku benarkah itu?” tanyanya diikuti senyuman manis.
“Benar. Kamu akan selalu jadi pangeran jas hujanku. Tapi, aku mohon
jangan tinggalkan aku. Cepat bangkit dan peluklah aku.”
“Bidadariku, aku sangat senang ketika kau berkata begitu. Baiklah,
angkat aku dan peluklah aku,” katanya serta terus memuntahkan darah.
Lalu kuikuti katanya. Kuangkat tubuhnya dan kupeluk dengan pelukan
cinta. Sementara itu, air mataku tak kuasa terus mengalir.
“Bidadariku. Terima kasih karena kau telah memelukku. Sekali lagi, mohon
maafkan aku,” katanya dan ia makin memelukku erat sementara darahnya mulai
menetes ke pakaianku tapi aku tidak peduli.
“Pangeranku. Aku maafin kamu. Selalu maafkan kamu.”
“Kamu harus tahu satu hal. Aku… cin..ta… ka..mu,” katanya terbata-bata.
Tubuhnya mulai terasa sangat dingin dan pucat.
“Aku mencintaimu juga,” ungkapku lantang dan mulai tak merasakan
tubuhnya bergerak.
Aku takut. Kurasakan denyut jatungnya yang mulai tak berdetak. Nadinya
pun terasa hilang. Pangeran jas hujanku meninggal di pelukanku. Aku menjerit,
menangis, merintih. Semua orang kemudian mengangkat tubuhnya ketika mobil
ambulans datang.
Dan tinggallah ia terbaring abadi di dalam tanah. Tapi, aku puas di akhir
hidupnya, ia telah mengatakan cinta padaku, di dalam pelukanku. Pangeran jas
hujan akan selalu teringat dalam memori indahku.
Watampone, 28 – 7 – 2013
Oleh Justang
Zealotous
Sabtu, 27 Juli 2013
Hari ini aku mau share sebuah cerpen. Setelah keliling kota, benua dan samudera dengan browsing internet akhirnya kutemukan juga genrenya, yaitu Thriller. Lansung saja kita intip cerita pendek (cerpen) terbaru karya Justang yang berjudul "Malam Berdarah".
Pengarang: Justang
Judul: Malam Berdarah
Genre: Thriller
Part: 1
Tanggal pembuatan: 27 Juli 2013
Tempat pembuatan: Watampone, Sulawesi Selatan
Malam Berdarah
Malam ini adalah malam yang gelap. Bukan karena sang rembulan sedang cuti tuk mengggantikan matahari bersinar di malam ini atau bintang yang sedang tidak memiliki mood untuk kumpul di langit. Mereka semua masih di atas sana, setia tak seperti kekasihku si kuncir yang kini pergi tanpa ucapan "goodbye". Ia hanya meninggalkan bercak-bercak merah.
Kejadian itu terjadi di suatu malam. Malam yang sangat aneh, sepi dan tak seperti malam biasanya. Anjing pun yang biasa setia melolong hingga fajar muncul, tak terdengar lagi suara merdunya itu. Meskipun demikian, aku dan kekasihku tak pupus untuk tetap menikmati keremajaan kami di malam itu.
Seperti hari-hari biasanya, kami selalu kencan pada jam 12 larut malam. Mungkin untuk beberapa orang itu terdengar aneh tapi menurut kami bahwa itu adalah waktu yang indah dan begitu spesial. Suasana lebih damai dan tenang untuk melakukan gairah bercinta.
Kami kencan tepat di atas atap rumahku dengan beberapa perabotan rumah yang berserakan. Persis menghadap pada loteng dengan jendela kecil di depannya. Saat kencan, udara bersuhu sangat rendah. Aku dingin dan badanku menggigil. Angin malam saat itu seakan menembus kulitku yang hanya tertutupi kemeja dan singlet di dalamnya. Selain dinginnya malam, beberapa botol anggur juga meramaikan suasana bercinta kami.
“Sayang, anggur lagi? Aku bosan akhh!” kata kekasihku jemu dengan nada menggoda.
“Akhh, sekarang beda sayang. Anggur malam ini ada banyak rasa, ada rasa jeruk lemon dan coklat pasta. Pasti tidak bosan dan apalagi sudah aku tambahkan campuran arak.”
Kutatap wajahnya dan sudah tak jemu lagi. Garis lengkung ke bawah terlukis di wajahnya dan hal itu mampu menghangatkan hatiku yang dibekukan malam. Hmhm, tiba-tiba aku tersadar ketika jarum jam yang tercipta di benda yang melingkari tanganku terlihat telah menunjukkan pukul 12 tengah malam. Aku merasa itu adalah waktu yang tepat untuk menikmati indah dunia.
Sebelum itu, tradisi setiap kami ingin melakukan hubungan cinta tak kami lupakan. Beberapa botol anggur terlebih dahulu kami tenggak bersama. Mengucap janji sukma yang terus menghantam pendengaranku.
Usai tradisi dilakukan, mulai kupersiapkan diriku. Kubuka perlahan satu persatu kancing kemejaku. Kekasihku pun ikut melepaskan sweter yang membungkus badannya, menyisahkan baju merah tipis tanpa lengan. Semua kancing sudah kubuka namun kemeja tetap kubiarkan membungkus terbuka.
Wuss! Angin datang memblokade tubuhku. Menyerang celah-celah kemeja yang terbuka. Membuatku jatuh terlentang dan menerpa lapisan atap. Sepertinya efek anggur itu mulai menjalar di tubuhku. Perlahan mulai terasa pening dan hilang kesadaran. Lalu kucoba untuk bangkit bertumpu pada kaki secara perlahan. Ketika berhasil dan menegakkan tubuh, setengah sadar kulihat seorang berkuncir dengan wajah gelap. Ia seperti bayangan. Samar-samar kulihat wajahnya. Kutahu bahwa dia adalah manusia.
“Mana kekasihku?” teriakku bertanya pada orang itu. Ia hanya diam seraya memegang palu di tangan kanannya. Lalu ia mencoba memalingkan palu itu berusaha mengenaiku. Aku berhasil menghindar dan lagi aku terjatuh terkapar ke lapisan atap itu.
Kemudian ia mengambil sebuah golok yang tepat berada di belakang ia berdiri. Aku pun mencoba lagi bangkit dan berdiri sempoyongan. Sekali lagi, ia mencoba mengarahkan golok itu ke arahku. Namun, sebelum sempat ia melakukan itu. Segera aku memukulnya dengan botol anggur. Goloknya terjatuh dan ia mulai tampak pusing. Kutendang tubuhnya dan membuatnya jatuh terkapar di atas atap.
Saat kuketahui bahwa dia telah bergeletak tak berdaya dengan darah yang merembes di kulit kepalanya. Aku rasa itu adalah kesempatan besar bagiku. Kuambil golok yang sebelumnya ia genggam. Mengarahkan padanya untuk segera menusuk perutnya. Ia sukses menghindar dengan menggulingkan tubuh. Kemudian ia menyepak kakiku dan membuatku terjatuh dan menerpanya.
Kini aku tepat berada di atasnya dan kucoba untuk meninju mukanya. Aku yakin aku berhasil membuatnya membiru meski gelap dan hitam menutupi wajahnya yang masih aku tak tahu tentang orang itu. Tidak ingin kalah dariku, ia terus menyikuku dan membuatku mengguling dan berganti ia di atasku.
Lanjut kuputar tubuhku dan membuat kita berguling-guling hingga ke ujung atap dan akhirnya terjatuh ke tanah dengan keras. Aku tepat menghantam bongkahan tanah dengan punggung terlebih dahulu. Sementara orang itu menyerang tumpukan batu dan segera menjerit dengan lantang. Tak lama, golok yang sebelumnya kita gunakan juga terjatuh dan pas berdiri tegak menusuk perut orang itu. Darah terciprat keluar dari mulutnya.
Selagi punggung masih kutahan sakitnya. Aku mencoba lagi bangkit tersakit-sakit. Perlahan dan hasilnya aku berdiri terbungkuk sedikit serta terus kutekan punggungku. Saat mulai kutegakkan tubuhku, orang itu malah melempariku pisau dapur dan ujungnya persis menembus singlet putih tepat di dadaku. Aku jatuh tergeletak tak berdaya dan darah terus menetes keluar. Aku merintih kesakitan. Tiba-tiba gunting rumput terjatuh dari atap dan kembali mengenai tubuh orang itu tepat pada lehernya. Darah kembali terciprat dan cipratannya mengenaiku. Tampaknya orang itu tewas seketika.
Usai itu, suhu tubuhku mulai dingin membeku. Wajahku memucat. Darah yang masih menetes keluar dari tubuhku juga ikut dingin. Di tengah separuh sadar ini, kulihat dengan mata yang mulai sayup dua orang datang menghampiri kami. Suara keributan kami mungkin mengundangnya datang. Orang yang satu menghampiriku dan yang satu lagi menghampiri orang yang kuajak ribut tadi.
“Akhh, wanita berbaju merah ini telah tewas. Nadinya tak terasa lagi,” teriak orang yang menghampiri orang tadi.
Orang yang menghampiriku lalu menyentuh tanganku, memeriksa urat nadi. Kemudian mengarahkan tangannya ke mulutku dan merasakan napasku masih mendesah. Lalu ia teriak segera bermaksud memberitahukan temannya kalau aku masih hidup. Ketika teriakannya selesai, seketika itu aku sudah tak sadarkan diri.
(lihat juga: Malam Berdarah 2 : Balas Dendam)
Pengarang: Justang
Judul: Malam Berdarah
Genre: Thriller
Part: 1
Tanggal pembuatan: 27 Juli 2013
Tempat pembuatan: Watampone, Sulawesi Selatan
Malam Berdarah
Malam ini adalah malam yang gelap. Bukan karena sang rembulan sedang cuti tuk mengggantikan matahari bersinar di malam ini atau bintang yang sedang tidak memiliki mood untuk kumpul di langit. Mereka semua masih di atas sana, setia tak seperti kekasihku si kuncir yang kini pergi tanpa ucapan "goodbye". Ia hanya meninggalkan bercak-bercak merah.
Kejadian itu terjadi di suatu malam. Malam yang sangat aneh, sepi dan tak seperti malam biasanya. Anjing pun yang biasa setia melolong hingga fajar muncul, tak terdengar lagi suara merdunya itu. Meskipun demikian, aku dan kekasihku tak pupus untuk tetap menikmati keremajaan kami di malam itu.
Seperti hari-hari biasanya, kami selalu kencan pada jam 12 larut malam. Mungkin untuk beberapa orang itu terdengar aneh tapi menurut kami bahwa itu adalah waktu yang indah dan begitu spesial. Suasana lebih damai dan tenang untuk melakukan gairah bercinta.
Kami kencan tepat di atas atap rumahku dengan beberapa perabotan rumah yang berserakan. Persis menghadap pada loteng dengan jendela kecil di depannya. Saat kencan, udara bersuhu sangat rendah. Aku dingin dan badanku menggigil. Angin malam saat itu seakan menembus kulitku yang hanya tertutupi kemeja dan singlet di dalamnya. Selain dinginnya malam, beberapa botol anggur juga meramaikan suasana bercinta kami.
“Sayang, anggur lagi? Aku bosan akhh!” kata kekasihku jemu dengan nada menggoda.
“Akhh, sekarang beda sayang. Anggur malam ini ada banyak rasa, ada rasa jeruk lemon dan coklat pasta. Pasti tidak bosan dan apalagi sudah aku tambahkan campuran arak.”
Kutatap wajahnya dan sudah tak jemu lagi. Garis lengkung ke bawah terlukis di wajahnya dan hal itu mampu menghangatkan hatiku yang dibekukan malam. Hmhm, tiba-tiba aku tersadar ketika jarum jam yang tercipta di benda yang melingkari tanganku terlihat telah menunjukkan pukul 12 tengah malam. Aku merasa itu adalah waktu yang tepat untuk menikmati indah dunia.
Sebelum itu, tradisi setiap kami ingin melakukan hubungan cinta tak kami lupakan. Beberapa botol anggur terlebih dahulu kami tenggak bersama. Mengucap janji sukma yang terus menghantam pendengaranku.
Usai tradisi dilakukan, mulai kupersiapkan diriku. Kubuka perlahan satu persatu kancing kemejaku. Kekasihku pun ikut melepaskan sweter yang membungkus badannya, menyisahkan baju merah tipis tanpa lengan. Semua kancing sudah kubuka namun kemeja tetap kubiarkan membungkus terbuka.
Wuss! Angin datang memblokade tubuhku. Menyerang celah-celah kemeja yang terbuka. Membuatku jatuh terlentang dan menerpa lapisan atap. Sepertinya efek anggur itu mulai menjalar di tubuhku. Perlahan mulai terasa pening dan hilang kesadaran. Lalu kucoba untuk bangkit bertumpu pada kaki secara perlahan. Ketika berhasil dan menegakkan tubuh, setengah sadar kulihat seorang berkuncir dengan wajah gelap. Ia seperti bayangan. Samar-samar kulihat wajahnya. Kutahu bahwa dia adalah manusia.
“Mana kekasihku?” teriakku bertanya pada orang itu. Ia hanya diam seraya memegang palu di tangan kanannya. Lalu ia mencoba memalingkan palu itu berusaha mengenaiku. Aku berhasil menghindar dan lagi aku terjatuh terkapar ke lapisan atap itu.
Kemudian ia mengambil sebuah golok yang tepat berada di belakang ia berdiri. Aku pun mencoba lagi bangkit dan berdiri sempoyongan. Sekali lagi, ia mencoba mengarahkan golok itu ke arahku. Namun, sebelum sempat ia melakukan itu. Segera aku memukulnya dengan botol anggur. Goloknya terjatuh dan ia mulai tampak pusing. Kutendang tubuhnya dan membuatnya jatuh terkapar di atas atap.
Saat kuketahui bahwa dia telah bergeletak tak berdaya dengan darah yang merembes di kulit kepalanya. Aku rasa itu adalah kesempatan besar bagiku. Kuambil golok yang sebelumnya ia genggam. Mengarahkan padanya untuk segera menusuk perutnya. Ia sukses menghindar dengan menggulingkan tubuh. Kemudian ia menyepak kakiku dan membuatku terjatuh dan menerpanya.
Kini aku tepat berada di atasnya dan kucoba untuk meninju mukanya. Aku yakin aku berhasil membuatnya membiru meski gelap dan hitam menutupi wajahnya yang masih aku tak tahu tentang orang itu. Tidak ingin kalah dariku, ia terus menyikuku dan membuatku mengguling dan berganti ia di atasku.
Lanjut kuputar tubuhku dan membuat kita berguling-guling hingga ke ujung atap dan akhirnya terjatuh ke tanah dengan keras. Aku tepat menghantam bongkahan tanah dengan punggung terlebih dahulu. Sementara orang itu menyerang tumpukan batu dan segera menjerit dengan lantang. Tak lama, golok yang sebelumnya kita gunakan juga terjatuh dan pas berdiri tegak menusuk perut orang itu. Darah terciprat keluar dari mulutnya.
Selagi punggung masih kutahan sakitnya. Aku mencoba lagi bangkit tersakit-sakit. Perlahan dan hasilnya aku berdiri terbungkuk sedikit serta terus kutekan punggungku. Saat mulai kutegakkan tubuhku, orang itu malah melempariku pisau dapur dan ujungnya persis menembus singlet putih tepat di dadaku. Aku jatuh tergeletak tak berdaya dan darah terus menetes keluar. Aku merintih kesakitan. Tiba-tiba gunting rumput terjatuh dari atap dan kembali mengenai tubuh orang itu tepat pada lehernya. Darah kembali terciprat dan cipratannya mengenaiku. Tampaknya orang itu tewas seketika.
Usai itu, suhu tubuhku mulai dingin membeku. Wajahku memucat. Darah yang masih menetes keluar dari tubuhku juga ikut dingin. Di tengah separuh sadar ini, kulihat dengan mata yang mulai sayup dua orang datang menghampiri kami. Suara keributan kami mungkin mengundangnya datang. Orang yang satu menghampiriku dan yang satu lagi menghampiri orang yang kuajak ribut tadi.
“Akhh, wanita berbaju merah ini telah tewas. Nadinya tak terasa lagi,” teriak orang yang menghampiri orang tadi.
Orang yang menghampiriku lalu menyentuh tanganku, memeriksa urat nadi. Kemudian mengarahkan tangannya ke mulutku dan merasakan napasku masih mendesah. Lalu ia teriak segera bermaksud memberitahukan temannya kalau aku masih hidup. Ketika teriakannya selesai, seketika itu aku sudah tak sadarkan diri.
(lihat juga: Malam Berdarah 2 : Balas Dendam)
Jumat, 26 Juli 2013
Sobat, hari ini aku mau share FLASH FICTION buatan aku yang berjudul "Misunderstood". Silahkan disimak dan sebelumnya. Mohon maaf kalau bahasa inggrisnya kacau abis. Baru belajar kasian :D
Mohon berikan komentar kalian. Saran, kritik atau masukan demi karya saya kedepannya yang lebih baik. Terima Kasih.
Misunderstood
When will I see you again? I know you are my memory. You are my past. But don't you ever think? Now, I'm still thinking about you. Your smile is still in my eyes even though you're not in front of me. I never forget you. Forget your laugh, your skin, your gaze. All of them is still in my memory.
I always remember when the last time I saw you. You went with disappointment. You runned me away. You bloked me up. You slapped me on. You broke me out. You cried but I was not brave to come to wipe your tears. You knew that I cried also but I didn't want to show my tear in front of you.
Well. I know, that time was my mistake. My big mistakes. That time when I never sent message to you. Sent my news, my attention and all that. I never called you but I was making the surprise to you. I would like to see you were happy. All of my preparations was done in one week. I bought, I worked, I cooked. I did it all because of you. My beautiful kind princess.
When the time came. When I would like to show you my work recently. For the first time I texted you come in park tonight. Before that, I would like to give you one surprise. I asked someone to pretend be my new girlfriend. Unexpectedly, when you came to the park. You saw me sitting with that girl. I didn't know, that girl liked me really. She kissed me and you saw it.
Suddenly you came to us. You kick me out. You were really angry. I would like to explain but you never permitted me to show my explanation. You held your tears but finally you cried also.
"Who was this girl? Your girlfriend?" you said while your tears dripped.
I would like to say something but you closed my mouth. I was just giving way. "Oh, I knew, you never called me, message me because you have had a new girlfriend," you continued and suddenly a big paper who I prepared all this time for you appeared. There was notice: "WILL YOU MARRY ME?"
When you saw that notice, your tears dripped much. You were angry, be disappointed. "Well, you would marry her? Congratulations!" you said with sharp intonation and run fast while you were still crying.
I chased you. But you didn't want to turn around. You went by taxi. I regretted and I hoped you can hear my explanation. Please! Forgive me.
Mohon berikan komentar kalian. Saran, kritik atau masukan demi karya saya kedepannya yang lebih baik. Terima Kasih.
Misunderstood
When will I see you again? I know you are my memory. You are my past. But don't you ever think? Now, I'm still thinking about you. Your smile is still in my eyes even though you're not in front of me. I never forget you. Forget your laugh, your skin, your gaze. All of them is still in my memory.
I always remember when the last time I saw you. You went with disappointment. You runned me away. You bloked me up. You slapped me on. You broke me out. You cried but I was not brave to come to wipe your tears. You knew that I cried also but I didn't want to show my tear in front of you.
Well. I know, that time was my mistake. My big mistakes. That time when I never sent message to you. Sent my news, my attention and all that. I never called you but I was making the surprise to you. I would like to see you were happy. All of my preparations was done in one week. I bought, I worked, I cooked. I did it all because of you. My beautiful kind princess.
When the time came. When I would like to show you my work recently. For the first time I texted you come in park tonight. Before that, I would like to give you one surprise. I asked someone to pretend be my new girlfriend. Unexpectedly, when you came to the park. You saw me sitting with that girl. I didn't know, that girl liked me really. She kissed me and you saw it.
Suddenly you came to us. You kick me out. You were really angry. I would like to explain but you never permitted me to show my explanation. You held your tears but finally you cried also.
"Who was this girl? Your girlfriend?" you said while your tears dripped.
I would like to say something but you closed my mouth. I was just giving way. "Oh, I knew, you never called me, message me because you have had a new girlfriend," you continued and suddenly a big paper who I prepared all this time for you appeared. There was notice: "WILL YOU MARRY ME?"
When you saw that notice, your tears dripped much. You were angry, be disappointed. "Well, you would marry her? Congratulations!" you said with sharp intonation and run fast while you were still crying.
I chased you. But you didn't want to turn around. You went by taxi. I regretted and I hoped you can hear my explanation. Please! Forgive me.
Mengetahui kepribadian manusia tidaklah sulit dimengerti atau bahkan menjadi hal yang misterius. Beberapa artikel yang selalu bergentayangan di situs Mbah Google banyak yang membahas mengenai Sifat Manusia Berdasarkan Golongan Darah mereka.
Kemarin, beberapa hari yang lalu. Aku sedang menjalani tes untuk menjadi seorang anggota BPH di sebuah organisasi kebahasaan. Kami diharuskan untuk mengumpulkan sampel golongan darah. Aku yang sama sekali belum tahu golongan darahku pada waktu itu memberanikan diri untuk memeriksakan diri ke puskesmas bersama temanku. Awalnya aku takut. Sumpah! Aku takut banget sama yang namanya jarum suntik. Tapi untunglah ternyata bukan jarum suntik yang dipakai tapi sebuah alat (tidak tahu namanya) ditembaki pada ujung jari telunjukku. Tak lama, darahnya keluar menetes cepat. Sedikit sakit seperti digigit semut ukuran "kambing".
Setelah diperiksa di ruang laboratorium mereka. Akhirnya golongan darahku diketahui juga. Rupanya aku punya golongan darah O, golongan darah yang paling banyak dimiliki oleh manusia. Temanku juga punya golongan darah seperti itu.
Baiklah kita simak, sifat dari si darah O itu. Yang tidak lain juga AKU.
Secara umum: Orang yang punya golongan darah O adalah Supel, berjiwa besar, tidak suka hal detail, dan tidak mau mengalah. Akhh, yang benar? Baiklah, kata orang sih aku memang "supel", mudah menyesuaikan diri atau mudah bergaul. Pantas, temanku banyak, hahahah. "Berjiwa besar" aku banget tuh! wiuuuhhh. "Tidak suka hal detail", tunggu dulu! sepertinya ini agak kurang greget padaku. Soalnya aku lebih mendetail. "Tidak mau mengalah", hanya sebagian besar dari sifatku, hehhe :D
Secara khusus: Golongan darah O Di antara golongan darah yang lain, golongan darah O adalah orang yang paling menyenangkan, optimis, berjiwa besar, dan rasa sosial terhadap sesamanya tinggi. Orang golongan darah O pun juga dikenal sebagai sosok yang romantis dan penuh kejutan. Sayangnya, orang bergolongan darah O memiliki sifat yang sombong, tidak mau mengalah, dan mudah cemburu. Wah, tau banget deh :D Sumpah! Semuanya hampir benar banget.
Baiklah, sekarang kita intip sama orang-orang yang punya golongan darah lainnya, seperti A, AB, atau B.
Secara umum :
- Golongan darah A: Terorganisir, konsisten, jiwa kerja sama tinggi, perfeksionis, dan cenderung mudah cemas.
- Golongan darah B: Santai, bebas, dan sangat menikmati hidup.
- Golongan darah AB: Menyukai hal- hal aneh, unik, dan banyak akal.
Secara khusus :
- Golongan darah A Orang dengan golongan darah A adalah orang yang sangat perfeksionis. Banyak hal yang dipikirkan oleh orang golongan darah A agar bisa tampil sempurna di depan umum. Ia adalah sosok orang yang bersungguh-sungguh, sabar, logis, dan setia. Sayangnya, karena sifat perfeksionisnya tersebut banyak orang menganggap bahwa tipe golongan darah A adalah orang yang cerewet dan sering cemas.
- Golongan darah B Orang dengan golongan darah B adalah orang yang atraktif, ceria, kreatif, dan kuat. Sayangnya, orang dengan golongan darah B terkenal dengan sebutan liar, kurang bertanggungjawab, dan egois. Di beberapa negara, orang dengan golongan darah B dikabarkan sulit mencari pekerjaan karena dianggap akan kurang menguntungkan bagi perusahaan.
- Golongan darah AB Jika berdasarkan karakteristik kesehatan, orang dengan golongan darah AB adalah orang yang mempunyai banyak riwayat penyakit yang sewaktu-waktu dapat kambuh. Namun, meski begitu orang dengan golongan darah AB adalah orang yang cool, rasional, ramah, dan mudah beradaptasi. Tak hanya itu, orang bergolongan darah AB juga dikenal kritis. Bagaimana? Apakah tepat sesuai dengan kepribadian anda?.
Kemarin, beberapa hari yang lalu. Aku sedang menjalani tes untuk menjadi seorang anggota BPH di sebuah organisasi kebahasaan. Kami diharuskan untuk mengumpulkan sampel golongan darah. Aku yang sama sekali belum tahu golongan darahku pada waktu itu memberanikan diri untuk memeriksakan diri ke puskesmas bersama temanku. Awalnya aku takut. Sumpah! Aku takut banget sama yang namanya jarum suntik. Tapi untunglah ternyata bukan jarum suntik yang dipakai tapi sebuah alat (tidak tahu namanya) ditembaki pada ujung jari telunjukku. Tak lama, darahnya keluar menetes cepat. Sedikit sakit seperti digigit semut ukuran "kambing".
Setelah diperiksa di ruang laboratorium mereka. Akhirnya golongan darahku diketahui juga. Rupanya aku punya golongan darah O, golongan darah yang paling banyak dimiliki oleh manusia. Temanku juga punya golongan darah seperti itu.
Baiklah kita simak, sifat dari si darah O itu. Yang tidak lain juga AKU.
Secara umum: Orang yang punya golongan darah O adalah Supel, berjiwa besar, tidak suka hal detail, dan tidak mau mengalah. Akhh, yang benar? Baiklah, kata orang sih aku memang "supel", mudah menyesuaikan diri atau mudah bergaul. Pantas, temanku banyak, hahahah. "Berjiwa besar" aku banget tuh! wiuuuhhh. "Tidak suka hal detail", tunggu dulu! sepertinya ini agak kurang greget padaku. Soalnya aku lebih mendetail. "Tidak mau mengalah", hanya sebagian besar dari sifatku, hehhe :D
Secara khusus: Golongan darah O Di antara golongan darah yang lain, golongan darah O adalah orang yang paling menyenangkan, optimis, berjiwa besar, dan rasa sosial terhadap sesamanya tinggi. Orang golongan darah O pun juga dikenal sebagai sosok yang romantis dan penuh kejutan. Sayangnya, orang bergolongan darah O memiliki sifat yang sombong, tidak mau mengalah, dan mudah cemburu. Wah, tau banget deh :D Sumpah! Semuanya hampir benar banget.
Baiklah, sekarang kita intip sama orang-orang yang punya golongan darah lainnya, seperti A, AB, atau B.
Secara umum :
- Golongan darah A: Terorganisir, konsisten, jiwa kerja sama tinggi, perfeksionis, dan cenderung mudah cemas.
- Golongan darah B: Santai, bebas, dan sangat menikmati hidup.
- Golongan darah AB: Menyukai hal- hal aneh, unik, dan banyak akal.
Secara khusus :
- Golongan darah A Orang dengan golongan darah A adalah orang yang sangat perfeksionis. Banyak hal yang dipikirkan oleh orang golongan darah A agar bisa tampil sempurna di depan umum. Ia adalah sosok orang yang bersungguh-sungguh, sabar, logis, dan setia. Sayangnya, karena sifat perfeksionisnya tersebut banyak orang menganggap bahwa tipe golongan darah A adalah orang yang cerewet dan sering cemas.
- Golongan darah B Orang dengan golongan darah B adalah orang yang atraktif, ceria, kreatif, dan kuat. Sayangnya, orang dengan golongan darah B terkenal dengan sebutan liar, kurang bertanggungjawab, dan egois. Di beberapa negara, orang dengan golongan darah B dikabarkan sulit mencari pekerjaan karena dianggap akan kurang menguntungkan bagi perusahaan.
- Golongan darah AB Jika berdasarkan karakteristik kesehatan, orang dengan golongan darah AB adalah orang yang mempunyai banyak riwayat penyakit yang sewaktu-waktu dapat kambuh. Namun, meski begitu orang dengan golongan darah AB adalah orang yang cool, rasional, ramah, dan mudah beradaptasi. Tak hanya itu, orang bergolongan darah AB juga dikenal kritis. Bagaimana? Apakah tepat sesuai dengan kepribadian anda?.
Kemarin adalah tepat Hari Puisi Indonesia yang pertama kali sebagai wujud dedikasi pada kelahiran Chairil Anwar. Di twitter juga diramaikan adanya #PestaPuisi yang diadakan oleh @nulisbuku, sebuah akun self-published no. 1 di Indonesia.
Mari kita simak puisi-nya yang berjudul "Pengap" yang telah dirangkum dari ungkapan-ungkapan beberapa akun di twitter yang ikut meramaikan #PestaPuisi ini.
Pengap
Aku ada di dalam hati yang pengap.
Biarkan aku terlelap. Sebab masih ada cinta yang kadarnya tetap. @raravitata
Pengap, hatiku tak bisa terisi lagi oleh cinta yang lain.
Ini, hati ini sudah cukup oleh cinta sejati, bukan untuk berfantasi. @agakmagal
Biar aku jadi syair-syair manis dihatimu,
yang begitu pandai menenggelamkan pengap sebelum kau menemukanku. @aisyarifi
Aku pengap akan rinduku sendiri.
Yang tak kau acuhkan sebagaimana mestinya. @deelcouple_
Terasa rindu telah pengap dalam benak.
Kini harus tersekap dalam sengap.
Terhimpit senyap hingga kadang jadi bengap. @mr_canda
Tungku kita memasak rindu yang tak lagi berasap.
Yang tinggal hanya pengap. Cinta pergi dalam senyap. @Ladibaa
Untuk apa terus memupuki pengap yang bersemayam di jiwamu?
Jiwamu bukan ladang kesengsaraan. Sadarlah! @nurulfuadaah
Mari kita simak puisi-nya yang berjudul "Pengap" yang telah dirangkum dari ungkapan-ungkapan beberapa akun di twitter yang ikut meramaikan #PestaPuisi ini.
Pengap
Aku ada di dalam hati yang pengap.
Biarkan aku terlelap. Sebab masih ada cinta yang kadarnya tetap. @raravitata
Pengap, hatiku tak bisa terisi lagi oleh cinta yang lain.
Ini, hati ini sudah cukup oleh cinta sejati, bukan untuk berfantasi. @agakmagal
Biar aku jadi syair-syair manis dihatimu,
yang begitu pandai menenggelamkan pengap sebelum kau menemukanku. @aisyarifi
Aku pengap akan rinduku sendiri.
Yang tak kau acuhkan sebagaimana mestinya. @deelcouple_
Terasa rindu telah pengap dalam benak.
Kini harus tersekap dalam sengap.
Terhimpit senyap hingga kadang jadi bengap. @mr_canda
Tungku kita memasak rindu yang tak lagi berasap.
Yang tinggal hanya pengap. Cinta pergi dalam senyap. @Ladibaa
Untuk apa terus memupuki pengap yang bersemayam di jiwamu?
Jiwamu bukan ladang kesengsaraan. Sadarlah! @nurulfuadaah
Aku jengah, muak dan mulai pengap akan kata yang tak mereka pahami,
hingga tersadar bahwa disini bukan tempatku. @Akademi_Belajar
dalam ruang PENGAP itu.
kurebus seketel perih, berbumbu pedih, mendidih dan lambat laun kubiarkan menguap @fa_roch
Trlalu lelah aku menjalani manipulasi ini.
hampa,pengap terasa ketika aku menghirup kebenaran cinta,ringkih tak kuasa @alifia_polongo
26 Juli 2013 bertepatan dengan 94th kelahiran Chairil Anwar. Ditetapkan sebagai Hari Puisi Indonesia.
Hari ini aku juga ingin turut menabur puisi untuk mengenang sang maestro yang sangat menginspirasi setiap kata yang kumuat dalam tulisan. Silahkan disimak
Judul: Untuk Maestro Kata
oleh Justang
Tubuhmu telah tertimbun tanah
Wajah yang hidup itu kini tak terasa lagi
Tapi karya yang kau muat terus terngiang memori
Ribuan. Jutaan kata penuh makna terus terbumbung abadi
Wahai sang maestro kata
Andai ku jadi kau, wajahku gelap akan terang
Seru kau maestro bahasa
Andai ku jadi kau, rupaku mati akan hidup
Tutupmu dengan kata
Ungkapmu dengan beribu bait
Untuk maestro kata
Karya ciptamu kan selalu kekal terkait
Watampone, 26-07-13
Untuk yang terkenang, Chairil Anwar
Hari ini aku juga ingin turut menabur puisi untuk mengenang sang maestro yang sangat menginspirasi setiap kata yang kumuat dalam tulisan. Silahkan disimak
Judul: Untuk Maestro Kata
oleh Justang
Tubuhmu telah tertimbun tanah
Wajah yang hidup itu kini tak terasa lagi
Tapi karya yang kau muat terus terngiang memori
Ribuan. Jutaan kata penuh makna terus terbumbung abadi
Wahai sang maestro kata
Andai ku jadi kau, wajahku gelap akan terang
Seru kau maestro bahasa
Andai ku jadi kau, rupaku mati akan hidup
Tutupmu dengan kata
Ungkapmu dengan beribu bait
Untuk maestro kata
Karya ciptamu kan selalu kekal terkait
Watampone, 26-07-13
Untuk yang terkenang, Chairil Anwar
Langganan:
Postingan (Atom)