Minggu, 21 Juli 2013
Halo teman semua! Apa kabar? Semoga puasanya lancar. Amin.
Aku mau share FLASH FICTION lagi nih. Mohon kritik, saran dan masukannya yah! Terima Kasih.
Judul : Piring dan Takut
Gawat! Piring bergambar hati yang ku bawa terjatuh. Pecahan kacanya berserakan di mana-mana. Aku yakin atasanku akan menampakkan wajah iblisnya yang menggerutu.
Ini sudah sekian kalinya aku menjatuhkan piring di kafe. Setiap piring yang terjatuh atasanku terus mengomel tanpa henti. Pikirku bahwa bukan hanya omelan yang akan aku dapatkan tapi surat pemecatan akan segera dikirim padaku.
Tanpa pikir lagi. Lalu ku bersihkan pecahan kaca itu. Ku kumpulkan serbuk halus-halus dari pecahan kaca dan ku buang segera. Belum semua terbuang habis. Tiba-tiba.
Grabbb...
Sebuah pintu terbuka keras. Hah! Dia adalah atasanku. Pikiranku mulai mengacau. Bibirku terus bergetar. Jantungku berdetak kencang seiring dengan langkah kakinya mulai mendekatiku.
"Apa?" ungkapnya sembari melihat beberapa serpihan kaca yang masih berserakan di lantai.
Aku tertunduk ketakutan. Namun perlahan ia malah tertawa.
"Akhh, bagus. Piring bergambar hati itu memang sudah lama ingin kubasmi. Aku tak ingin istriku tahu mengenai piring itu. Jadi, kau jangan beritahu padanya."
Aku mengangguk. Perasaanku kembali lega.
Aku mau share FLASH FICTION lagi nih. Mohon kritik, saran dan masukannya yah! Terima Kasih.
Judul : Piring dan Takut
Gawat! Piring bergambar hati yang ku bawa terjatuh. Pecahan kacanya berserakan di mana-mana. Aku yakin atasanku akan menampakkan wajah iblisnya yang menggerutu.
Ini sudah sekian kalinya aku menjatuhkan piring di kafe. Setiap piring yang terjatuh atasanku terus mengomel tanpa henti. Pikirku bahwa bukan hanya omelan yang akan aku dapatkan tapi surat pemecatan akan segera dikirim padaku.
Tanpa pikir lagi. Lalu ku bersihkan pecahan kaca itu. Ku kumpulkan serbuk halus-halus dari pecahan kaca dan ku buang segera. Belum semua terbuang habis. Tiba-tiba.
Grabbb...
Sebuah pintu terbuka keras. Hah! Dia adalah atasanku. Pikiranku mulai mengacau. Bibirku terus bergetar. Jantungku berdetak kencang seiring dengan langkah kakinya mulai mendekatiku.
"Apa?" ungkapnya sembari melihat beberapa serpihan kaca yang masih berserakan di lantai.
Aku tertunduk ketakutan. Namun perlahan ia malah tertawa.
"Akhh, bagus. Piring bergambar hati itu memang sudah lama ingin kubasmi. Aku tak ingin istriku tahu mengenai piring itu. Jadi, kau jangan beritahu padanya."
Aku mengangguk. Perasaanku kembali lega.
Related Story for Fiksi
,Flash Fiction
0 Comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)